oleh Federico Fuentes
Pada
27 Agustus 2008, Presiden Venezuela Hugo Chavez mengumumkan berakhirnya
negosiasi dengan mantan pemilik Ternium atas nasionalisasi pabrik baja Sidor,
dengan menyatakan bahwa pemerintahnya akan "mengambil alih semua
perusahaan yang dimiliki [perusahaan tersebut] di sini", menegaskan bahwa
Ternium "bisa angkat kaki".
Berbicara
saat siaran televisi, ia berargumen bahwa yang menjadi alasan di balik
keputusannya adalah kenyataan bahwa Ternium "tidak mengakui kedaulatan
kita".
"Batas
waktu yang ditentukan untuk mencapai kesepakatan telah habis, kita akan
melangkah maju dan membayar mereka sesuai harga yang sebenarnya, lebih lagi itu
tidak akan dilakukan semuanya sekaligus sebagaimana yang mereka inginkan.
Tidak, kita akan membayar mereka sesuai tahapan yang kita mampu."
Hingga
9 April keputusan untuk menasionalisasi Sidor, konsorsium Ternium, yang
pemegang saham terbesarnya adalah perusahaan transnasional Italia-Argentina
Techint, memiliki 60% kontrol terhadap salah satu pabrik baja terbesar di
Amerika Latin, yang berlokasi di negara bagian Bolivar yang merupakan pusat
industri.
Setelah
tampak mencapai kesepakatan dengan harga yang disepakati dalam minggu lalu,
Chavez menyatakan bahwa Ternium telah mencoba memberlakukan persyaratan yang
tak dapat diterima - termasuk mengeluarkan undang-undang yang memberikan
Ternium kekebalan hukum dari kemungkinan gugatan di masa depan dikarenakan
pelanggaran yang dilakukan Ternium terhadap tenaga pekerja Sidor.
Keputusan
untuk menasionalisasi Sidor dijatuhkan setelah perseteruan selama 15 bulan
antara pekerja dan perusahaan transnasional terkait kontrak kolektif.
Setelah
mengintervensi untuk membantu tercapainya resolusi, Wakil-Presiden Venezuela
Ramon Carrizzalez menyatakan bahwa negosiasi dengan pihak manajemen Sidor tidak
lagi dimungkinkan, karena "sikap kolonial" dan "eksploitasi
barbar" perusahaan tersebut.
"Ini
adalah pemerintahan yang melindungi pekerja dan tidak akan pernah berpihak pada
perusahaan transnasional", Carrizalez menekankan ketika mengumumkan
tentang keputusan pemerintah untuk mengambil alih Sidor.
DESAKAN
NASIONALISASI
Saat
siaran langsung tanggal 27 Agustus, Chavez berdiri bersama para pemilik
perusahaan dari industri semen, yang juga telah bernegosiasi dengan pemerintah
sejak pengumuman tanggal 3 April yang menyatakan kehendak pemerintah untuk
menasionalisasi tiga perusahaan semen terbesar yang mengontrol 90% sektor
tersebut.
Sementara
pemerintah telah mencapai kesepakatan dalam pembelian mayoritas saham
perusahaan Perancis, Lafarge, dan perusahaan Swiss, Holcim; negosiasi dengan
perusahaan terbesar Cemex yang berkepemilikan Mexiko menemui kegagalan.
Pada
18 Agustus, dengan berakhirnya masa negosiasi, pemerintah mengumumkan akan
menyita Cemex dan memerintahkan pengambil-alihan instalasi-instalasinya.
Menurut
hukum yang berlaku, tersedia masa 60 hari di mana kedua pihak dapat mencapai
kesepakatan, dimulai dari sejak dideklrasikannya kehendak untuk menyita. Sementara
Cemex meminta US$ 1.3 milyar, pemerintah menyatakan tidak akan membayar lebih
dari $650 juta.
Walau
demikian, kata Chavez, tidak seperti kasus Ternium, terdapat tanda-tanda
positif bahwa kesepakatan dapat dicapai.
Chavez
juga menggunakan siaran tersebut untuk menjelaskan tentang sebuah undang-undang
yang baru disahkan dalam putaran pertama diskusi Majelis Nasional yang
memberikan negara 60% kontrol terhadap distribusi petrol dari perusahaan minyak
negara, PDVSA, ke SPBU (service stations) milik umum dan
swasta.
Negosiasi
kini akan dimulai dari tujuh perusahaan terbesar, diantaranya Texaco dan BP,
dan 650 firma transportasi lainnya. Sisa 40% -nya akan berada di tangan
koperasi dan pemilik usaha swasta kecil.
Menteri
energi Rafael Ramirez juga mengumumkan bahwa pemerintah sedang mengupayakan
langkah serupa terkait distribusi silinder gas LPG (elpiji).
Bulan
lalu, Chavez mengumumkan rencananya untuk menasionalisasi Banco de Venezuela
yang berkepemilikan Spanyol, yang hampir menggandakan kontrol negara dalam sektor
keuangan yang persentase sebelumnya hanya 10%.
MEMBALIKKAN
NEOLIBERALISME
Bersama
dengan pengumuman yang dibuat sebelumnya pada tahun ini untuk mengembalikan
kontrol lebih dari 30% produksi susu dan distribusi pangan, dan keputusan tahun
lalu untuk meraih kontrol mayoritas di ladang minyak Sabuk Orinoco,
langkah-langkah ini adalah bagian dari gelombang kedua nasionalisasi yang
difokuskan kepada industri-industri yang berhubungan dengan produksi.
Gelombang
pertama, yang dimulai pada awal 2007, diarahkan kepada layanan dasar -
telekomunikasi dan listrik - untuk menjamin akses bagi seluruh rakyat
Venezuela.
Menurut El
Universal pada 25 Agustus, sejak awal tahun lalu 11 industri telah
diserahkan ke tangan negara.
Meskipun
pemerintah pro-kapitalis sebelumnya memprivatisasi sejumlah industri penting
selama tahun 1990an (termasuk Sidor, sebagian sektor listrik dan perusahaan
telekomunikasi CANTV), mata mereka selalu mengincar hadiah besarnya - PDVSA.
Namun,
terpilihnya Chavez pada 1998 menghentikan rencana privatisasi semacam itu.
Sejak
saat itu pemerintah, dengan dukungan mayoritas penduduk, telah berupaya
membalikkan neoliberalisme.
Tidaklah
mengherankan, kehebohan besar yang pertama diakibatkan oleh upaya pemerintah
untuk mengambil kendali penuh terhadap perusahaan yang secara nominal dimiliki
negara, PDVSA.
Perlawanan
gigih dari kelas kapitalis yang parasitik, terbiasa menjadi lintah yang
menghisap rente produksi PDVSA, memimpin kudeta militer singkat untuk
menjatuhkan Chavez pada April 2002 dan mendalangi penutupan industri minyak
oleh manajemen pro-kapitalis pada Desember 2002.
Kedua
percobaan kelas kapitalis untuk menurunkan Chavez dijalankan dengan beraliansi
dengan birokrasi serikat buruh yang korup dari Konfederasi Pekerja Venezuela
(CTV).
Dalam
perjuangan intens selama lebih dari dua bulan akibat penutupan tersebut, para
pekerja minyak berdampingan dengan komunitas miskin dan angkatan bersenjata,
membuka kembali PDVSA dan menjalankannya kembali di bawah kendali pekerja.
Kemenangan
ini krusial untuk menjamin bahwa pemerintah dapat mulai menyalurkan keuntungan
PDVSA untuk menjauhi para kapitalis dan menuju pendanaan misi-misi sosial yang
menyediakan, antara lain, pendidikan dan kesehatan gratis. Misi-misi tersebut
juga membantu pengorganisiran akar-rumput para Chavista.
Secara
publik ia mendeklarasikan pada Januari 2005 bahwa dirinya telah dibuat yakin
bahwa proyeknya untuk pembebasan nasional dan pemberantasan kemiskinan tidak
akan dapat dicapai dalam batas-batas kapitalisme, Chavez memberikan argumen
tentang kebutuhan melangkah maju menuju suatu "sosialisme baru abad
ke-21".
Pada
bulan yang sama, ia mengumunkan nasionalisasi pabrik kertas Venepal, yang para
buruhnya telah berjuang untuk membukanya kembali setelah bos mereka menutup
operasinya dalam aksi tutup pabrik pada Desember 2002.
Dengan
merubah nama menjadi Invepal, pabrik tersebut diserah-terimakan kepada para
pekerjanya sebagai perusahaan patungan antara negara dan koperasi buruh. Sejak
saat itu, sejumlah pabrik-pabrik lebih kecil lainnya yang ditutup dan
diambil-alih pekerja telah dinasionalisasi.
Namun,
langkah-langkah nasionalisasi yang mengawali tahun 2007 menandakan lompatan
kualitatif dalam proses pengembalian kontrol negara atas sektor strategis.
PERENCANAAN
NEGARA
Langkah-langkah
nasionalisasi ini dilakukan sejalan dengan rencana ekonomi pemerintah secara
keseluruhan, yang mengupayakan kontrol negara terhadap industri-industri
strategis untuk mengarahkan produksi demi kebutuhan bangsa Venezuela.
Kini
di bawah kontrol negara, tiga perusahaan semen akan dimerger menjadi Korporasi
Semen Nasional dan akan mengintegrasikan perencanaan produksinya dengan PDVSA
dan Sidor - dengan berfokus pada pengembangan infrastruktur, penciptaan
pusat-pusat industrial baru dan mendorong maju rencana pemerintah yang amat
sangat dibutuhkan yakni pembangunan perumahan.
Yang
juga sedang didirikan adalah Korporasi Baja Venezuela, yang akan mengelola
seluruh rantai produksi baja yang kini 80% berada dalam kontrol negara - dari
bahan dasar menjadi produk jadi. Produksi akan diarahkan menuju pembangunan
perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, industri minyak dan sektor perumahan.
Dan
meskipun tidak dibuat pernyataan umum secara khusus, sepertinya tampak bahwa
dengan nasionalisasi Banco de Venezuela, sektor perbankan publik akan
diorganisasikan kembali menjadi satu bank publik nasional.
Undang-undang
Administrasi Publik, yang ditetapkan pada 29 Juli sebagai bagian dari paket 26
UU yang dikeluarkan Chavez, menyatakan bahwa dalam bidang-bidang di mana
terdapat perusahaan negara, mereka harus dikelompokkan menjadi satu. Ini dapat
menyertakan perusahaan dalam beragam sektor industri yang, dikarenakan
karakternya, bekerja bersama-sama.
Dengan
nasionalisasi baru-baru ini, jumlah pekerja sektor negara akan meningkat menjadi
41.400, sedikit menyentuh di atas angka 2 juta menurut Institut Statistik
Nasional. Ini belum termasuk perusahaan distribusi bahan bakar dan sektor
distribusi silinder LPG, yang ada dalam daftar perusahaan yang akan dikontrol
negara.
Ini
menunjukkan peningkatan 53,5% dalam jumlah pekerja sektor publik dalam sembilan
tahun terakhir. Yang juga penting, Chavez telah mengangkat perlunya memberantas
praktek mengontrakkan tenaga kerja dalam sektor negara, yang akan meningkatkan
angka ini lebih jauh lagi.
Dalam
periode yang sama, jumlah pekerja (formal dan informal) dalam sektor swasta
bertambah dari 7,3 juta menjadi 9,4 juta.
PEKERJA
DAN PARTISIPASI KOMUNITAS
Hampir
tidak ada langkah nasionalisasi belakangan ini yang secara langsung disebabkan
oleh perjuangan pekerja dalam mendesak langkah tersebut, walaupun dalam banyak
kasus terdapat konflik perburuhan (labour dispute). Inilah yang
terjadi dalam kasus distribusi bahan bakar, di mana serikat buruh telah
memperingatkan bahwa para bos mencoba untuk merekayasa kelangkaan dan
memprovokasi pemogokan untuk melumpuhkan pemerintahan.
Walaupun
sebagian besar nasionalisasi terhadap pabrik-pabrik kecil menunjukkan hal
tersebut, hanyalah di Sidor yang dapat dikatakan bahwa tuntutan nasionalisasi
datang dari pekerja.
Walaupun
demikian, tuntutan tersebut diangkat hanya dalam periode akhir perjuangan
setelah kampanye yang gigih oleh sekumpulan inti (nucleus) kecil
pekerja Sidor.
Tetap
saja, masa depan perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi bergantung pada
kapasitas politik dan organisasional kelas pekerja yang menjalankan industri
tersebut - dan kelas pekerja tersebut saat ini sedang berada dalam keadaan
tercerai-berai dan fragmentasi.
Secara
tak resmi, menurut Ultimas Noticias pada 27 April, terdapat
tak kurang dari 3600 serikat buruh di Venezuela.
Keadaan
cerai-berai ini dikarenakan oleh sejumlah faktor, tapi dua hal secara khusus
terlihat menyolok. Pertama, dengan naiknya Chavez ke kekuasaan dan meluasnya
hak-hak pekerja dan kebebasan berserikat; tempat kerja di penjuru negeri
mengalami ledakan dalam jumlah pengorganisiran serikat buruh.
Seusai
kekalahan para bos dalam aksi tutup pabrik, mayoritas serikat buruh yang
pro-revolusi berdiri di belakang Serikat Pekerja Nasional (UNT), yang dengan
cepat menggantikan CTV sebagai konfederasi serikat buruh utama.
Walau
demikian UNT dijangkiti perseteruan internal yang sengit. Perpecahan ini
semakin diperdalam dengan keputusan dua aliran serikat buruh untuk meninggalkan
UNT dan membentuk sebuah konfederasi serikat buruh baru.
Ditambah
pula pengalaman negatif dalam beberapa pabrik yang dijalankan oleh negara -
seperti mengeksploitasi buruh kontrak dan memperkaya diri sendiri.
Kedua,
tindakan beberapa seksi pemerintahan dan birokrasi negara juga telah merugikan
pengorganisiran-diri para buruh dan partisipasi mereka dalam menjalankan
industri milik negara.
Di
bawah menteri perburuhan sebelumnya, Jose Ramon Rivero (yang secara aktif
bekerja menentang para pekerja Sidor), unionisme paralel digalakkan untuk
menguntungkan aliran serikat buruh tempat berasalnya menteri tersebut dan
bertujuan meredam konflik perburuhan.
Dalam
PDVSA dan perusahaan listrik negara, buruh menghadapi serangan oleh para
birokrat yang takut kehilangan kekuasaannya bila buruh mengambil peran lebih
besar dalam pengelolaannya.
Penting
dicatat bahwa berbagai nasionalisasi baru-baru ini terjadi sejalan dengan
diluncurkannya misi sosial 13 April, yang bertujuan meningkatkan kekuasaan
rakyat.
Chavez
telah menyatakan bahwa sebagian dari tujuan misi tersebut adalah untuk
mentransfer kontrol atas berbagai layanan kepada komunitas-komunitas
terorganisir, dalam bentuk dewan-dewan komunal dan komune, dan pembentukan
unit-unit produksi dan pabrik yang akan dimiliki dan dijalankan secara sosial.
Tanpa
partisipasi pekerja dan komunitas terorganisir dalam menjalankan industri dan
dalam melakukan perencanaan demokratik, kontrol terhadap perusahaan negara akan
berakhir di tangan kaum birokrat yang lebih berkepentingan dalam mempertahankan
jatah kekuasaan dan hak-hak istimewa mereka.
Lebih
jauh lagi, mereka membatasi kemampuan buruh agar tidak dapat sepenuhnya mengembangkan
potensi kreatif mereka, justru mengkotak-kotakkan mereka ke dalam peran sebagai
sekedar penyedia tenaga kerja.
Ini
telah menciptakan situasi seperti yang terjadi dalam pabrik katup yang
dinasionalisasi, Inveval, yang dijalankan di bawah kontrol pekerja, yang
memiliki kapasitas untuk memproduksi katup untuk PDVSA.
Namun,
Inveval telah dipinggirkan oleh birokrat PDVSA yang lebih memilih untuk
melanjutkan kontraknya dengan perusahaan swasta.
Secara
signifikan, dilaporkan pada 28 Agustus bahwa Inveval kini menjadi perusahaan
campuran, yang dimiliki secara patungan dengan PDVSA dan akan secara langsung
memasok katup bagi perusahaan minyak negara tersebut.
Dalam
sektor listrik, meskipun telah berulang-kali diperingatkan oleh para
pekerjanya, terdapat krisis yang mengancam industri tersebut akibat rencana
pembangkit dan distribusi listrik yang tidak memperhitungkan peningkatan
permintaan yang disebabkan oleh pertambahan pesat proyek-proyek industrial dan
perumahan.
Berpidato
pada awal demonstrasi Hari Buruh Sedunia (May Day) tahun ini,
Chavez sekali lagi mengulangi seruannya kepada kelas pekerja untuk mengambil
kepemimpinan dalam perjuangan untuk sosialisme. "Tak ada revolusi tanpa
pekerja, dan saya tambahkan, tidak ada sosialisme tanpa kelas pekerja",
tegasnya.
"Inilah
mengapa kelas pekerja yang dibutuhkan revolusi haruslah berkesadaran tinggi,
sangat bersatu", katanya.
"Revolusi
Bolivarian ... perlu "diproletariatkan" ... ideologi proletariat
harus mendominasi segala bidang, sebuah ideologi yang transformasional,
sungguh-sungguh revolusioner, dan mengalahkan aliran borjuasi kecil yang selalu
berakhir menjadi ... kontra-revolusioner."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar