Label

Selasa, 04 Agustus 2015

Sayembara Manuskrip Buku Puisi





Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta, tahun ini mengadakan Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015. Sayembara ini diadakan untuk merangsang dan meningkatkan kreativitas pengarang Indonesia dalam penulisan puisi. Berikut adalah ketentuan-ketentuannya:

[1] KETENTUAN UMUM
Peserta adalah warga negara Indonesia (dibuktikan dengan fotokopi KTP atau bukti identitas lainnya),
Naskah belum pernah diterbitkan dalam bentuk utuh sebagai buku, baik cetak maupun elektronik,
Naskah tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa,
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik,
Tema bebas,
Naskah adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan (sebagian atau seluruhnya),
Naskah merupakan karya yang ditulis 10 tahun terakhir.

[2] KETENTUAN KHUSUS
Menggunakan A4, spasi 1, bentuk huruf Times New Roman ukuran 12,
Naskah minimal 50 halaman,
Menyerahkan biodata, alamat surat, dan nomor kontak di lembar terpisah,
Empat salinan naskah dikirim ke:
Panitia Sayembara Manuskrip Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015
Dewan Kesenian Jakarta
Jl. Cikini Raya No. 73
Jakarta 10330
Batas akhir pengiriman naskah :7 November 2015 (cap pos).

[3] LAIN – LAIN
Para pemenang akan diumumkan dalam Malam Anugrah Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Desember 2015,
Hak cipta dan hak penerbitan naskah peserta sepenuhnya berada pada penulis,
Naskah pemenang yang diterbitkan menjadi buku harus mencantumkan logo DKJ dan keterangan bahwa penerbitan buku ini didukung oleh DKJ,
Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat,
Pajak ditanggung Dewan Kesenian Jakarta,
Sayembara ini tertutup bagi anggota Dewan Kesenian Jakarta periode 2013 – 2015 dan keluarga inti Dewan Juri,
Maklumat ini bisa diakses di www.dkj.or.id,
Dewan Juri terdiri dari sastrawan dan akademisi sastra.

[4] HADIAH
Pemenang I Rp. 15.000.000,-
Pemenang II Rp. 10.000.000,-
Pemenang III Rp. 7.000.000,-
Masing – masing pemenang mendapatkan subsidi sebesar Rp. 10.000.000,- untuk menerbitkan buku, subsidi ini diberikan kepada Penerbit.

[5] JADWAL
Publikasi maklumat Agustus 2015
Pengumpulan karya : Agustus – November 2015
Penjurian November – Desember 2015
Pengumuman pemenang : Desember 2015 




Minggu, 02 Agustus 2015

Tiga Puisi di Indo Pos




Puisi-puisi Sulaiman Djaya


KITA SEPERTI KATA

Kita selalu kesulitan untuk mengemukakan kata yang tepat
saat ingin berbicara, dan karenanya puisi ada.

Kita juga seringkali ingin berdamai dengan keindahan
dan karenanya kita ingin menyimak nada dalam bahasa.

Kita sesekali ingin akrab dengan burung-burung yang berlesatan
ketika merasa bosan dan kesepian di dalam rumah,

memandang langit selepas hujan –seakan kita ingin tinggal di sana.
Sesungguhnya kita selalu ingin menggambar dunia

Dengan kata-kata yang ada di dalam diri kita. Kau menulis
dan membaca apa yang juga kutulis dan kubaca

dengan dan dari kata-kata yang sama, meski menghasilkan gambar
dan dunia yang berbeda –dan karenanya keindahan pun ada.

Engkau menulis dan bicara tentang cinta dan kesepian,
aku pun demikian. Kita tinggal di rumah yang sama

dengan pintu-pintu dan jendela-jendela lembab dan lengang
namun usia kita tak pernah sama ketika memahaminya.

(2005)

BILA AKU MATI

Sudah lama tak ada tamu di pintuku:
padahal aku telah menyalakan malam.

Bintang-bintang di langit
seperti kota-kota yang sepi

dan betapa jauh dari bumi.
Adakah di sana

kelak tempatku?
Saatku mati

dan lupa kepada puisi.
Sungguh aku

selalu rindu kematian
bila sunyi tak lagi bisa kupadamkan.

Membayangkan waktu seperti rusa-rusa
di hutan-hutan senja

yang ditinggalkan gerimis
dan matahari.

Ketika sabana dan lereng-lereng lembab
dikepung gaib cakrawala.

Tak ada hasratku untuk bertanya
di mana surga berada

apalagi memikirkan dunia mana
yang pertama ada dan terjaga.

Dan barangkali langit
akan jadi rumahku nanti.

(2015)


FILSAFAT

Kita seperti mainan kanak-kanak
di papan catur. Tapi kita sepenuhnya bebas
dan tak ada yang mengendalikan.

Kita merasa berada di dunia dan berkuasa
ketika bermimpi. Berharap
dan sesekali tertawa

karena suatu kebahagiaan dan kegembiraan
tanpa sebab. Kita menangis
ketika orang yang kita cintai

tak lagi punya alasan
untuk menyayangi kita yang kesepian.
Kadang-kadang kita jatuh dan bahkan terpuruk

meski bukan karena serangan sepasukan musuh.
Tapi seringkali kita juga menyukai lupa
bahwa anugerah hidup tak hadir begitu saja.

Kadang kita juga seringkali membenci
sesuatu yang tak kita miliki
dan terus berusaha meyakinkan diri

ketika diterjang bosan dan putus-asa.
Kadang kita menimbang-nimbang
dunia seperti apa gerangan

yang ingin kita miliki dan kita kuasai
dan kalau bisa, kadang harus,
tanpa kekurangan sama-sekali.

Namun di atas segalanya, sekali lagi,
seperti apa pun kita adanya
kita masih bisa memulai lagi permainan kita.

(2015)

Sumber: Harian Indo Pos, 2 Agustus 2015