Label

Sabtu, 13 Februari 2016

Pengembara di Lautan, Penguasa di Daratan


Puisi Juftazani

Kota ini, Banten Lama, sebenarnya wajah
sebuah kerajaan yang megah.
Pengembara di lautan,
penguasa di daratan:

sayang kau menanggung luka sejarah
Pertempuran besar di kota tua
– kapten Tack menguasai benteng dan legenda.
Tiada lagi hari-hari sultan

mengutus duta kerajaan yang cerdas.
Mengarungi lautan luas
menyapu kanvas
dengan semangat menggebu

dan kerja keras.
Menggemuruh dalam atmosfir sejarah
yang makin terbelenggu.
Menderu bersama waktu

bersama kalbu merajut pulau-pulau di Karangantu.
Debur ombak bagai beludru Banten adalah jawara
yang menghadang VOC melaju
dalam titian waktu yang terus berlari tanpa palu.

Jangan kau kenang diriku
sambil berurai airmata.
Jangan kau usung kejayaan
tanpa menghadirkan semangat membara

untuk anak-anak dan wanita-wanita
dan pemuda yang berlari
diantara desingan cita-cita.
Lihat kapal-kapal Jung, kapal Pinisi,

kapal Nade penuh persahabatan
dan pergaulan yang indah.
Saksikan kapal-kapal Vereenigde Oost-Indische Compagnie
berlayar liar merampok anak-anak kapal.

Mari kenangan itu kita tukar
dengan membangun Banten yang penuh kanal
dan masa depan yang gemebyar Ini Banten Bung,
satu kerajaan maritim miliki konsep kelautan

yang lengkap.
Bukan kerajaan pulau-pulau yang melupakan
debur ombak dan menaklukkan gelombang.
Di sini tempat perputaran bangsa-bangsa
berbaur dan membentuk satu bangsa baru.

Negeri ini tak penah menyisakan anak-anak bangsa
yang lemah, manja dan pemalas.
Banten pastilah menyisakan anak-anak keturunan
yang gagah perkasa, berpikir,

bekerja keras dan taat
kepada agama.
Siang membangun dunia
malam merajut surga.


Tangerang, 11 Desember 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar