Label

Kamis, 17 April 2014

Puisi Ka'ab Bin Malik



Aku tercengang kebesaran Ilahi
Maha gagah tiada bandingannya
Di hari Badar kami jumpai
Jamaah berlarian, kian ke mari
Berlutut di bawah tapak kaki kami
Ka'ab, Amir. Aus mengelilingi Rasul dengan gagahnya
Dia pengatur, punca segala perkara
Bani Hajjar tunduk terkulai di bawah benderanya
Melangkah perlahan-lahan di tengah debu peperangan
Tatkala mereka tegak di depan kami
Kulihat wajah pahlawan Rasul merah berapi-api
Mengakulah kami tiada Tuhan melainkan Allah
Dan rasul itu adalah benar
Kilatan pedang Abu Jahal dan pucatlah warna mukanya
Ditinggalkan Utbah, Syaibah dan kayu apinya di tengah gelanggang
Mereka akan jadi mangsa jahanam dan kayu apinya
Memang Kuffar di sanalah tempat kediamannya
Rasul pernah berseru, ikutlah aku
Mereka menolak, menuduh tukang sihir
Kini kehendak Allah telah berlaku
Tiada siapa pun dapat menyingkir.


Puisi Fatimah az Zahra As



Tidak menakjubkan sesiapa pun

yang mencium semerbak pusara Muhammad
Tiada lagi akan berbaui air wangi
Takdir menyakiti dengan kehilangan
Penuh kesedihan dan kegelapan
Jika kegelapan berlaku di siang hari
Niscaya hari menjadi malam yang abadi. 



Senin, 14 April 2014

Abdurrahman Jami dan Musim Semi Penyair


“Sang kekasih menyeru dari kedai minuman, datanglah lalu berilah aku anggur cinta, cawan demi cawan. Kubebaskan diriku dari belenggu logika dan nalar. Lalu kumulai meratap dan menangis untuk bersatu.”

Nama lengkapnya Nuruddin Abdurrahman Al-Jami. Dia adalah satu di antara sejumlah orang genius dari negeri Persia. Lahir di Kharjad pada 1414 M (817 H) dan wafat di Heart pada 1492 M (898 H). Sebelum populer dengan sebutan Al-Jami, dia bergelar Ad-Dasyti, karena ayahnya, Nizamuddin, berasal dari Dasyt, dekat Kota Isfahan. Sejak berusia muda, Al-Jami sudah menunjukkan sifatnya yang istimewa. Ia mudah menguasai pelajaran yang diberikan kepadanya. Ia pandai berbicara dan berargumentasi. Salah satu di antara para ulama yang pernah menjadi guru atau pembimbingnya adalah Syekh Sa’aduddin Al-Kasygari, murid sekaligus Khalifah Syekh Bahaudiin Naqsyabandi. Berkat potensinya yang besar dan ketekunannya belajar dan menulis, ia berkembang menjadi sufi besar dan sekaligus menjadi penyair besar yang berpengetahuan luas.

Kebesaran dan kemasyhuran nama Al-Jami tidak hanya bergema di kawasan Persia, tetapi juga mencapai Turki Usmani. Disebutkan pada suatu waktu ia berada di Damaskus, mencari utusan Sultan Turki Usmani yang bermaksud mengundangnya ke Istana dan telah menyiapakan hadiah baginya. Karena tidak tertarik pada undangan itu, Al-Jami segera meninggalkan Kota Damaskus. Para sarjana masih bisa melihat kebesaran Al-Jami melalu karya-karya tulisnya yang menurut satu sumber berjumlah 46 buah, tapi menurut sumber lain tidak kurang dari 90 buah buku dan risalah. Kebanyakan karya tulisnya berbicara dalam bidang tasawuf, tapi bidang-bidang lain juga tidak luput dari perhatiannya. Ia menulis komentar tafsir atas sejumlah surah dalam Al-Qur’an, komentar terhadap 40 hadis dan hadis-hadis yang riwayatkan oleh Abu Dzar Al-Ghifari.

Karya-Karyanya

Ia menulis tentang biografi Nabi Muhammad, bukti-bukti tentang kenabiannya, tentang biografi para sufi dan pengajaran mereka tentang para penyair, raja-raja, puisi, Musik, dan tata bahasa Arab. Di antara karyanya, yang berbentuk prosa adalah Nafahat Al-Uns (hadiah-hadiah persahabatan), yang menyajikan biografi dan pengajaran para sufi. Juga Lawami’ (percikan cahaya-cahaya), yang merupakan komentar terhadap karya Ibnu Arabi. Kendati kemasyhuran Al-Jami’ lebih bersandar pada kehadirannya sebagai penyair besar, perannya sebagai juru bicara tasawuf aliran Wahdatul Wujud, manunggaling Kawula Gusti, bersatunya Makhluk-Khalik, tidak kalah pentingnya. Satu di antara banyak masalah tasawuf yang dijelaskan oleh AL-Jami’ adalah masalah yang berkaitan dengan manusia. Menurutnya, Nafs atau jiwa manusia, sebagai unsur atau prinsip yang menghidupkan tubuh manusia, memiliki potensi untuk mencapai sejumlah tahap kesempurnaan yang berbeda. Dengan melewati tahap demi tahap, jiwa itu akan semakin dekat dan menyatu dengan Tuhan.

Tingkatan Jiwa

Jiwa pada tahap paling rendah disebut Nafs Amarat, yakni nafs yang terus menerus mendorong kepada hal-hal yang buruk dan rendah. Setelah melalui latihan spritual, jiwa meningkat menjadi Nafs Lawwamat, yakni jiwa yang mampu mencela kekurangan-kekurangan dirinya sendiri. Bila di tingkatkan lagi, jiwa itu akah sampai kepada puncak kesempurnaannya, itulah Nafs Mutmainnat, yakni jiwa yang tentram, damai, dan bahagia. Manusia yang memiliki jiwa yang sempurna itu disebut juga manusia sempurna atau Insan Kamil. Mengenai manusia sempurna ini, Al-Jami’ sebenarnya memberikan penjelasan  yang cukup panjang. Manusia sempurna dalam kajian penganut Wahdatul Wujud bukan saja mengacu pada sejumlah kecil individu yang pernah hidup dimuka bumi ini dan memiliki jiwa yang paling sempurna namun juga mengacu pada ciptaan  Allah yang pertama, yang bersifat Spritual dan merupakan bentuk awal segenap alam semesta.

Dari banyak munajatnya yang indah kepada Allah, dia berkata, “Ya Rabbi, ya Tuhanku, jauhkanlah kami dari perbuatan menghabiskan waktu untuk perkara-perkara kecil yang tidak berguna. Tunjukkanlah kepada kami segala perkara menurut hakekatnya. Angkatlah dari batin kami selubung ketidaksadaran. Janganlah diperlihatkan kepada kami barang yang tidak nyata sebagai barang yang ada. Janganlah Kau biarkan bayang-bayang menutup batin kami, sehingga kami tidak dapat melihat keindahan-Mu. Jadikanlah bayang-bayang ini sebagai kaca yang melalui batin kami untuk menyaksikan-Mu.” Pada bagian lain dia berkata, “Sang kekasih menyeru dari kedai minuman, datanglah lalu berilah aku anggur cinta, cawan demi cawan. Kubebaskan diriku dari belenggu logika dan nalar. Lalu kumulai meratap dan menangis untuk bersatu.”

Dalam tahun terakhirnya ia melihat visi tentang kematiannya, dan sering melantunkan bait syair berikut:

Adalah memalukan
Bahwa hari-hari berlalu tanpa kita
Bunga-bunga akan mekar dan musim semi akan tiba
Musim panas, musim dingin, dan musim semi
Akan berlalu
Dan kita pasti akan menjadi tanah dan debu.


Tahu Kematiannya

Beberapa hari sebelum kematianya, Al-Jami’ mengunjungi beberapa desa tetangganya. Sekali waktu ia pergi ke sebuah desa yang tidak diperhatikannya secara khusus, meskipun ia tinggal di sana cukup lama. Murid-muridnya yang merasa khawatir segera pergi kesana. Ia berkata kepada mereka, “Kita harus memutuskan tali Ikatan.” Tiga hari sebelum kematiannya, ia memanggil beberapa murid dekatnya dan berkata kepada mereka, “Jadilah saksiku bahwa aku sama sekali tidak punya ikatan dengan apapun dan dengan siapa pun.” Pada hari jumat pagi, ketika fajar menyingsing, ia merasa bahwa kematiannya akan tiba. Ia melakukan salat dan kemudian duduk melakukan dzikir. Di tengah hari ia pun wafat.

Ada sebuah kisah jenaka dituturkan mengenai saat kematian Al-Jami’. “Para sufi yang sangat sedih mengetahui bahwa ia akan segera wafat, berkumpul di rumahnya, sebagian menangis pelan-pelan, sementara sebagian yang lain sibuk melantunkan dzikir, tetapi ada salah seorang yang membaca Al-Qur’an dengan suara keras dan mengganggu yang lain, akhirnya Al-Jami’ mengangkat kepala dan berkata, “Demi Allah aku akan mati jika engkau tidak menghentikan keributanmu!”

Sebagai seorang penulis serba bisa, ia meninggalkan warisan berupa 81 buku tentang berbagai macam pokok bahasan. Diantaranya, koleksi puisi, uraian atas karya-karya Ibnu Arabi dan Haft Aurang, sebuah koleksi tujuh kisah dalam bentuk Matsnawi, kumpulan puisi. Dari ketujuh cerita itu yang paling terkenal adalah kisah Yusuf dan Zulaikha. Episode tentang penggodaan atas Yusuf, oleh istri majikannya yang bernama Zulaikha, menjadi kisah cinta yang sangat menyentuh.

Sumber: Alkisah Nomor 19, 12-25 September 2005

Minggu, 13 April 2014

Puisi dan Irfan




Ketika Singa Tuhan Imam Ali hadir di sebuah pertemuan
Seseorang melontarkan kutukan pada dunia
Sayidina Ali menjawab, “Dunia, Nak, bukan untuk dikutuk”
Celakalah kau jika mengucilkan diri dari hikmah
Dunia ini seisinya adalah hamparan ladang
Untuk didatangi siang dan malam
Segala yang memancar dari martabat dan kekayaan iman
Seluruhnya berasal dari kehidupan di dunia ini
Buah hari esok adalah kembang dari benih hari ini
Orang yang ragu akan merasakan pahitnya buah penyesalan
Dunia ini adalah tempat terbaik bagimu
Di dalamnya bekal di hari kemudian dapat kausiapkan
Pergilah ke dunia, namun jangan dalam hawa nafsu tenggelam
Dan siapkan dirimu bagi dunia yang lain
Jika demikian, maka dunia itu akan pantas bagimu
Berkariblah dengan dunia, demi tujuan semua itu

(Fariduddin `Attar


Jumat, 11 April 2014

Majalah Sastra Horison

(Edisi Mei 2008)
(Edisi April 2010) 
(Edisi Mei 2010) 
(Edisi Agustus 2011) 
(Edisi Februari 2012) 
(Edisi Januari 2014)

Kamis, 10 April 2014

Hasil Kurasi Karya Fokus Sastra 2014


Salam Sastra. Atas nama Panitia Fokus Sastra 2014, ASAS UPI, kami mengucapkan Terima Kasih kepada kawan-kawan penggiat sastra yang telah mengirimkan karya-karya terbaiknya (cerpen ataupun puisi) kepada kami. Terkait dengan hal itu, berikut kami beritahuan hasil kurasi karya-karya yang masuk ke Fokus Sastra 2014, yang berdasar atas keputusan para Kurator. Karya-karya yang lolos akan diantologikan dalam bentuk buku. Bagi yang tidak lolos tetap bisa mengikuti semua rangkaian kegiatan Fokus Sastra 2014 (25-27 April 2014) dengan cara mengkonfirmasi kehadiran pada panitia. Demikian informasi dari kami, mohon maaf jika sebelumnya pelayanan dari kami masih kurang memuaskan. Terima kasih.

Salam
Panitia Fokus Sastra 2014
ASAS UPI

DAFTAR PESERTA YANG LOLOS KURASI

A. PUISI
1. A. WARITS ROVI
2. ABDULLAH MUBAQI
3. ADIE MOE
4. AGUNG FIRMANSYAH
5. AHMAD MOEHDOER AL-FARISI
6. AL-AMIR ACHMED
7. ANDESTA HERLI
8. ARIF FITRA
9. ARINDA RISA KAMAL
9. BETTA A. SETIANI
10. DENY MISHARUDIN
11. DESKA SETIA PERDANA
12. DIAN HARTATI
13. DIMAS INDIANA SENJA
14. EKO PUTRA
15. F. RIZAL ARIEF
16. FAISAL SYAHREZA
17. FAJAR M FITRAH
18. FARIQ ALFARUQI
19. FASHA ROUF
20. FELIX NESI
21. GALIH PANDU
22. GANJAR SUDIBYO
23. HENDI SAPUTRA
24. HERU JONI SAPUTRA
25. HIKMAWAN NURDIANSYAH
26. I KADEK SURYAKENCANA
27. IMAM SAFWAN
28. IRHAM KUSUMA
29. IRMA AGRYANTI
30. JUN NIZAMI
31. KHAIRIL UMAM
32. KIKI SULISTO
33. LUTFI MARDIANSYAH
34. M ARFANI BUDIMAN
35. M. IQBAL TAWAKAL
36. MOHAMAD CHANDRA IRFAN
37. MUHAMMAD MARUF
38. MUSTIKA
39. NAZAR SHAH ALAM
40. R ABDUL AZIS
41. RAMOUN APTA
42. RENDY JEAN SATRIA
43. ROMLI BURHANI
44. SANTI ALMUFAROH
45. SULAIMAN DJAYA
46. TANTRI WULANDARI
47. WILLY EKA CAHYADI
48. WILLY FAHMY AGISKA
49. WINDU MANDELA
50. WISHU MUHAMAD
51. YOGIRA YOGASWARA

B. CERPEN


1. AZKA EA ABHIPRAYA
2. DWI RATIH RAMAHDANY
3. EKO TRIONO
4. FITRIYANI
5. HANA NAILUL MUNA
6. KHOER JURZANI
7. LENA MARIANA
8. NOVITA SARI
9. ODDIE FRENTE
10. RESNA JUWITA NURKIRANA
11. ROBI AJI
12. SARTIKA SARI
13. ZULFA NASRULLOH