Label

Senin, 23 Juli 2012

Syekh Nawawi al Bantani, Sosok Guru dan Panutan



Syekh Nawawi Al Bantani sosok Guru, Ulama, Panutan, Penghulu Para Ulama yang menjadi sentral ilmu ilmu islam di indonesia. Tidak sedikit Pondok pondok pesantren yang menggunakan kitab kitab karangan Syekh Nawawi Al Bantani sebagai Ilmu pokok yang harus dikuasai dan di mengerti oleh pasa santriwan santriwati.  Syekh Nawawi Al Bantani lahir 1230 H (1815 M) di Tanara, Tanara adalah sebuah wilayah sekitar 25 km arah utara Kota Serang. Nama Ayahnya Syekh Nawawi Al Bantani, Umar ibnu Arabi, adalah penghulu setempat. Ia sendiri yang mengajar putra-putranya (Nawawi / Syekh Nawawi Al Bantani , Tamim, dan Ahmad) pengetahuan dasar bahasa Arab, Fikih, dan Tafsir.

Syekh Nawawi Al Bantani melanjutkan pelajaran Islamnya setelah dari Ayah-nya ke Kiai Sahal, masih di Banten, dan setelah itu mesantren ke Purwakarta, Jawa Barat, kepada Kiai Yusuf yang banyak santrinya dari seluruh Jawa.

Syekh Nawawi Al Bantani kemudian menunaikan ibadah haji pada umur 15 tahun dan kemudian tinggal di Mekah selama 3 tahun. Syekh Nawawi Al Bantani kembali ke Tanara selama satu tahun meneruskan pengajaran ayahnya, namun karena keinginan Syekh Nawawi Al Bantani yang sangat besar terhadap ilmu-ilmu dan khazanah Islam akhirnya beliau memohon untuk dikembalikan ke Mekkah untuk melanjutkan studinya di sana, dan memang selanjutnya Syekh Nawawi Al Bantani tinggal di Mekkah hingga akhir hayatnya 25 Syawwal 1314 H/1897 M, dan dikebumikan di Ma’la.

Di Mekkah, selama 30 tahun Syekh Nawawi Al Bantani belajar pada ulama ulama terkenal seperti Syekh Abdul Gani Bima , Syekh Yusuf Sumbulaweni, Syekh Nahrawi, dan Abdul Hamid Daghestani, selain pada Khatib Sambas, pemimpin tarekat Qadiriah , penulis kitab Fathul Arifin, bacaan pengamal tarekat di Asia Tenggara. Sambas juga merupakan guru tokoh di balik pemberontakan petani Banten (1888), KH Abdul Karim alias Kiai Agung, yang menjelang ajal sang guru dipanggil kembali ke Mekah untuk menggantikan kedudukannya.

Pada tahun 1860-1970, Syekh Nawawi Al Bantani mulai aktif memberi pengajaran. Tapi itu dijalaninya hanya pada waktu-waktu senggang, sebab antara tahun-tahun tersebut ia sudah sibuk menulis buku-buku. Di antara murid-muridnya yang berasal dari Indonesia adalah:

1. KH Hasyim Asyari, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Kelak bersama KH Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).
2. KH Khalil, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
3. KH Mahfudh at-Tarmisi, Tremas, Jawa Timur.
4. KH Asyari, Bawean, yang kemudian diambil mantu oleh Syekh Nawawi dinikahkan dengan putrinya, Nyi Maryam.
5. KH Nahjun, Kampung Gunung, Mauk, Tangerang, yang dijadikan mantunya (cucu).
6. KH Asnawi, Caringin, Labuan (kelak memimpin Sarekat islam di Banten).
7. KH Ilyas, Kragilan, Serang.
8. KH Abdul Ghaffar, Tirtayasa, Serang.
9. KH Tubagus Bakri, Sempur, Purwakarta.
10.KH Mas Muhammad Arsyad Thawil, Tanara, Serang, yang kemudian dibuang Belanda ke Manado, Sulawesi Utara, karena peristiwa Geger Cilegon