Label

Kamis, 30 Juni 2016

La Ronde –Puisi Sitor Situmorang




I
Senandung lupa pertemuan malam
Dengan dirinya, memisah di kamar
Meninggi musim hingga salju
Jatuh, hingga bertambah lapar

Dua kisah tak bertubuh
Rasuk-merasuk bau kehadirannya
"Sekira mati begini," bisik gelap
Di puncak nikmat, hingga ke subuh

Terbaring di dada malam. "Milikku seluruh,"
erang detik mengalir dalam ciuman,
kegemasan bibir meraba waktu
memadat jadi tubuh perempuan.

Meninggi musim hingga ke subuh
Jendela dibuka melihat salju jatuh

II
Adakah yang lebih indah
dari bibir padat merekah?
Adakah yang lebih manis
Dari gelap dibayang alis?

Di keningnya pelukis ragu:
Mencium atau menyelimuti bahu?
Tapi rambutnya menuntun tangan
Hingga pinggulnya, penuh saran

Lalu paha, pualam pahatan
Mendukung lengkung perut.
Berkisar di pusar, lalu surut
Agak ke bawah, ke pusat segala.

Hitam pekat, siap menerima.
Dugaan indah.

Ah, dada yang lembut menekan hati
Terimalah
kematangan mimpi lelaki!

III
Kau dewiku, penghibur malam hampa
Segala perbuatan siang yang sia-sia
Kebosanan abadi jadilah lupa
Dan badan hancur nikmat terasa!

Di matamu api ingin tak puas
Membakar tulang, hingga ke sumsum diperas.
Kuserahkan pada binatang malam hari,
Nafsumu, semakin buas dan menjadi.

Adakah candi pedupaan lebih mulia
Dari kesucian pualam tubuhmu?
Adakah lebih pemurah dari pangkuanmu
Dan panas rahmat dirangkul mulut dosa?

Padamu seluruh setia dan sembah
Sajak penyair dan mimpi indah!
Kelupaan sesaat, terlalu nikmat
Pada siksa ingin semakin melumat.

1955
Ilustrasi: Lukisan Sitor Situmorang karya Affandi 1976, oil on canvas, 60 x 48 cm.

Sabtu, 18 Juni 2016

Pidato Kebudayaan Albert Camus Saat Menerima Nobel Sastra 1957



Dalam penerimaan atas penghargaan yang telah begitu murah hati diberikan kepada saya oleh akademi Anda yang bebas, saya ucapkan terima kasih secara mendalam, terutama ketika saya ingin mempertimbangkan sejauh mana penghargaan ini telah mempengaruhi kemampuan pribadi saya.

Setiap manusia, dan untuk alasan yang kuat, setiap seniman, ingin diakui. Saya juga demikian. Tetapi saya belum bisa memahami keputusan Anda tanpa membandingkan dampak (penghargaan ini) kepada siapa diri saya sendiri. Seorang pria yang hampir masih muda, hanya kaya dalam keraguan dan dengan karyanya yang masih dalam proses, terbiasa hidup dalam kesendirian kerja atau menjauhi persahabatan: bagaimana dia tidak merasa sedikit panik saat mendengar keputusan yang membuat dia tiba-tiba, sendirian dan mereduksi dirinya sendiri, ke dalam pusat cahaya yang benderang? Dan dengan perasaan apa dia bisa menerima kehormatan ini pada saat penulis lain di Eropa, di antaranya yang sangat besar, diminta untuk diam, dan bahkan pada saat yang sama negara kelahirannya sedang melalui penderitaan tak berujung?

Saya merasakan keterkejutan dan kekacauan batin itu. Dalam usaha untuk mendapatkan kembali kedamaian yang saya miliki, sederhananya, untuk dapat menerima penghargaan yang luar biasa ini. Dan karena saya tak mungkin bisa hidup dengan sekedar bersandar pada prestasi saya belaka, saya tak menemukan apapun untuk mendukung saya kecuali apa yang telah ada sepanjang hidup saya, meski dalam keadaan yang paling bertolak-belakang sekalipun: pemikiran bahwa saya telah menemukan kebersenian saya dan khitoh saya sebagai penulis.

Biarkan saya menjelaskan pada Anda sekalian, dalam semangat syukur dan persahabatan, sesederhana yang saya bisa, apa maksud dari ide ini.

Bagi saya, saya tak bisa hidup tanpa seni yang saya miliki. Tapi saya tak pernah meletakan hal itu di atas segalanya. Jika, di sisi lain, saya membutuhkanya, hal itu terjadi karena ia tak bisa dipisahkan dari rekan-rekan saya dan ia membuat saya merasa hidup, seperti saya saat ini, setara dengan mereka semua. Ini berarti mencampurkan banyak orang dan menawarkan mereka sebuah gambaran istimewa tentang kebahagiaan dan penderitaan. Hal ini berarti memberikan tanggung-jawab pada si seniman untuk tidak berjarak, melainkan menjadikannya subjek yang paling rendah hati dan paling benar secara universal.

Dan seringkali ia yang memilih nasib sebagai seniman merasa bahwa dirinya berbeda, akan segera menyadari bahwa ia tak akan bisa mempertahankan seninya dan perbedaannya kecuali ia mengakui bahwa ia sama seperti yang lain.

Sang seniman menempa dirinya dengan yang lain, persimpangan antara keindahan yang ia tak bisa lakukan dan masyarakat dimana ia tak bisa lepaskan. Itulah mengapa seniman yang sesungguhnya tak mencemooh apapun: mereka bertanggungjawab untuk memahami ketimbang untuk menghakimi. Dan jika mereka harus berpihak di dunia ini, mungkin mereka hanya akan berpihak dimana, yang oleh Nietzsche dalam kalimatnya yang indah, ‘tidaklah hakim melainkan pencipta yang akan berkuasa, apakah itu seorang buruh ataupun seorang intelektual’.

Begitu pula, peran seorang penulis tidak bebas dari tugas yang berat. Dengan definisi yang tak bisa ia letakan pada dirinya sendiri pada hari ini sebagai persembahan kepada mereka yang membuat sejarah, ia yang sedang melayani mereka yang menderita karenanya. Pada sisi lain, ia akan sendiri dan tercerabut dari seninya.

Tidak semua pasukan dari tiran dan jutaan manusia akan membebaskannya dari keterasingannya, bahkan dan secara khusus jika ia tidur bersama mereka. Tetapi kesunyian dari narapidana yang tak dikenal, yang ditinggalkan untuk dipermalukan di sisi lain dunia, cukup untuk menarik sang penulis dari pengasingannya, atau setidaknya kapan pun, di tengah-tengah hak kebebasan, ia berhasil untuk tidak melupakan kesunyian itu, dan untuk menyebarkannya dalam usaha menggemakan makna dari seninya.

Tak satu pun dari kita cukup besar untuk menerima tugas seperti itu. Tetapi dalam semua situasi kehidupan, dalam kerumitan atau ketenaran adalah hal yang sementara, peran sebagai tiran yang besi atau untuk waktu bebas untuk mengekspresikan dirinya sendiri, seorang penulis dapat memenangkan hati masyarakat yang akan membenarkan tindakannya, pada satu kondisi dimana ia akan menerima batasan dari kemampuannya, dua tugas yang merupakan keagungan keterampilannya: pelayanan kepada kebenaran dan pelayanan kepada kemerdekaan. Karena tugasnya adalah untuk menyatukan sebanyak mungkin orang, karya seninya haruslah tidak berkompromi dengan kebohongan dan menghamba pada, di mana pun mereka berkuasa, mengembang-biakkan kesendirian.

Apa pun kelemahan pribadi yang mungkin punya, kemuliaan keterampilan kita akan selalu berakar pada dua komitmen, dimana hal ini sulit untuk dipertahankan: penolakan untuk berbohong tentang apa yang diketahui dan perlawanan terhadap penindasan.

Selama lebih dari dua puluh tahun dari kegilaan sejarah, tersesat tanpa ada harapan seperti semua orang dari angkatan saya yang kejang akan waktu, saya telah didukung oleh satu hal: Dengan perasaan tersembunyi bahwa untuk menulis pada hari ini adalah bentuk kehormatan karena aktivitas ini adalah sebuah komitmen – dan sebuah komitmen tidak hanya untuk menulis, khususnya, dalam pandangan tentang kekuatan saya dan keberadaan saya, ini adalah sebuah komitmen untuk menanggung, segalanya dengan mereka yang kebetulan hidup pada periode sejarah yang sama,  penderitaan dan harapan yang kita bagi.

Orang-orang ini, yang dilahirkan pada permulaan Perang Dunia Pertama, berumur duapuluhan ketika Hitler memperoleh kekuasaannya dan percobaan revolusioner pertama dimulai, yang kemudian dihadapkan sebagai penyelesaian pedidikan mereka dengan Perang Saudara Spanyol, Perang Dunia Kedua, kamp konsentrasi dunia, Eropa sebagai sebuah penjara dan penyiksaan – orang orang ini hari ini harus membesarkan anak-anak mereka dan membuat karya dalam dunia yang terancam oleh kehancuran nulkir.

Tak seorang pun, saya pikir, bisa meminta mereka untuk menjadi seorang yang optimis. Dan bahkan saya sendiri berpikir kita harus mengerti- tanpa melakukan berhenti untuk melawannya –kesalahan orang-orang yang dengan keputusasannya yang besar telah menegaskan hak mereka untuk menghina dan bergegas memasuki era nihilisme. Tetapi kenyataannya bahwa sebagian besar dari kita tetap, di negara saya dan di Eropa, telah menolak nihilisme ini dan telah terlibat dalam upaya untuk pencarian legitimasi. Mereka harus menempa dirinya sendiri sebagai sebuah seni untuk hidup di zaman penuh bencana sebagai upaya terlahir kembali dan secara terbuka menentang insting kematian yang bekerja pada sejarah kita.

Setiap generasi tanpa ada keraguan pasti merasa terpanggil untuk merubah dunia. Karya saya tahu bahwa itu tidak akan merubah apapun, tapi tugasnya bahkan mungkin lebih besar. Hal ini berarti mencegah dunia dari menghancurkan dirinya sendiri. Menjadi pewaris sejarah yang korup, yang di dalamnya bercampur revolusi jatuh, teknologi yang menjadi gila, dewa-dewa yang telah mati, dan deologi yang usang, dimana kekuatan medioker dapat menghancurkan semua tanpa sadar bagaimana meyakinkan mereka, dimana intelijen telah merendahkan diri untuk menjadi hamba kebencian dan penindasan, generasi yang mulai menegasikan diri ini harus dibangun kembali, keduanya baik di dalam dan luar, yang sedikit itu yang merupakan martabat hidup dan mati.

Dalam dunia yang terancam oleh perpecahan, dimana jaksa agung kita berewenang menjalankan resiko di kerajaan maut, ia tahu bahwa ia harus, dalam perlombaan gila melawan waktu, memulihkan perdamaian dan pengahambaan antara bangsa-bangsa, menyesuaikan lagi antara tenaga kerja dan budaya, dan menyelaraskan semua orang dengan Tabut Perjanjian. Tidak jelas apakah generasi ini akan bisa mencapai tugas yang sangat besar ini, tetapi hal ini telah terjadi di mana pun di dunia sebagai tantangan ganda akan kebenaran dan kemerdekaan, lantas jika perlu, mengetahui perihal cara untuk mati tanpa membenci.

Di mana pun hal itu ditemukan, ia pantas dihormati dan didorong, khususnya apabila ia mengorbankan dirinya sendiri untuk itu. Dalam kejadian apapun, dengan keyakinan atas persetujuan total Anda, adalah untuk generasi ini saya harus memberikan kehormatan yang baru saja Anda berikan kepada saya ini.

Pada saat yang sama, setelah menguraikan tugas mulia dari keterampilan penulis, saya harus menempatkannya di tempat yang tepat. Dia tidak memiliki gugatan selain yang ia bagi dengan teman seperjuangannya: rentan tapi keras kepala, tertindas tetapi bersemangat untuk keadilan, melakukan pekerjaannya tanpa rasa malu atau mencari kebanggaan dalam pandangan semua orang, tidak berhenti untuk lantas terbagi di antara kesedihan dan keindahan, dan pada akhirnya mengabdikan diri dari peran gandanya sebagai penciptaan yang secara keras kepala ia coba dirikan untuk menciptakan gerakan merusak dalam sejarah.

Siapa pula yang pada akhirnya bisa berharap padanya solusi lengkap dan moralitas yang tinggi? Kebenaran adalah misteri, sulit dipahami yang selalu harus ditaklukan.

Kemerdekaan adalah hal yang berbahaya, karena sulit untuk bisa hidup dengan menyenangkan hati. Kita harus bergerak menuju dua tujuan, menyakitkan namun tegas, kepastian tentang kejatuhan kita pada jalan yang panjang. Penulis jenis apa yang kini dalam hati nuraninya mempersiapkan diri sebagai seorang pengkhotbah kebajikan? Bagi saya sendiri, saya harus menjelaskan saya bukanlah jenis yang demikian. Saya tak pernah bisa meninggalkan cahaya, kenikmatan menjadi, dan kemerdekaan dimana saya dibesarkan. Tapi meskipun nostalgia ini menjelaskan banyak kesalahan-kesalahan dan kekeliruan yang saya miliki, hal ini tanpa diragukan lagi membantu saya menuju pemahaman yang lebih baik dalam keterampilan menulis saya. Hal ini membantu saya untuk tetap mendukung tanpa perlu ditanyakan lagi kepada mereka orang orang yang diam dan berusaha mempertahankan hidup mereka sendiri dalam dunia melalui ingatan untuk kembali kepada kebebasan dan kebahagiaan yang singkat.

Maka untuk menyederhanakan siapa sebenarnya saya, untuk segala kelemahan dan hutang budi yang saya miliki sebagaimana juga sulitnya meyakinkan diri saya, saya kini merasa lebih bebas, sebagai sebuah penutup, untuk komentar atas luasnya dan kemurahan hati dari kehormatan yang baru saja diberikan kepada saya, juga lebih bebas untuk memberitahu Anda bahwa saya akan menerimanya sebagai sebuah penghormatan yang diberikan kepada semua orang yang, berjuang pada hal yang sama, belum memiliki hak istimewa apapun, tetapi pada saat yang sama mengalami penderitaan dan penganiayaan.

Penting bagi saya untuk mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya dan sebelum melakukannya di depan umum, sebagai tanda rasa terima kasih saya pribadi, janji yang sama seperti janji purba tentang kesetiaan yang diulangi oleh setiap seniman pada dirinya sendiri dalam keheningan setiap hari.

Senin, 06 Juni 2016

Sastra Persia di Mata Goethe hingga Nietzsche


Puisi dan sastra Persia adalah salah satu sumber informasi tentang identitas orang-orang Iran, dan sejak dahulu Iran dikenal di dunia sebagai negeri penuh semerbak wangi, bunga, keindahan dan cerita-cerita yang menyentuh hati. Rene Grousset, seorang orientalis Perancis menulis, "Saya harus katakan bahwa Iran memiliki hak besar di pundak manusia. Sebab secara historis, Iran dengan budayanya yang kuat dan kelembutan Islam telah menciptakan alat pemahaman, kesepakataan dan koordinasi di antara bangsa-bangsa selama berabad-abad. Mereka telah menemukan filsafat, pemikiran dan cita-cita tunggal."

Abel Bounar, penyair kontemporer Perancis menulis, "Mungkin seseorang telah menjelajahi semua negara Asia, menelusurinya dan berbaur dengan masyarakat di negara-negara itu. Mungkin ia mabuk dengan filsafat India dan takjub atas kebesaran Cina dan kejeniusan Jepang, tetapi tak diragukan lagi ia pasti terpesona dengan seni Iran. Bangsa yang di semua seni telah sampai pada kesempurnaan ini, lebih tertambat pada satu seni, yaitu syair dan sastra."

Pengenalan dunia tentang puisi dan sastra Persia di Timur kembali ke masa Ghaznavid, sementara pengenalan di Barat kembali ke periode Perang Salib. Menurut pakar ketimuran, legenda dan syair-syair serta kisah-kisah Iran masuk ke tradisi sastra Eropa pada abad pertengahan melalui Spanyol, kemudian menjadi bagian dari tradisi sastra Eropa. Setelah itu, muncul kecenderungan tertentu di antara masyarakat Barat kepada wilayah Timur yang penuh dengan rahasia menakjubkan. Hal itu tercermin dari cerita-cerita dan dongeng di abad pertengahan Eropa.

Rene Grousset mengatakan, "Sebagai orang asing jika saya diizinkan untuk mengutarakan pendapat saya, saya harus mengatakan bahwa Iran memiliki hak besar atas pundak manusia. Sebab secara historis, Iran dengan budayanya yang kuat dan kelembutan Islam, telah menciptakan alat pemahaman, kesepakataan dan koordinasi di antara bangsa-bangsa selama berabad-abad, di mana mereka telah menemukan filsafat, pemikiran dan cita-cita tunggal. Akibat dari gagasan dan syair-syair Iran, berbagai ras yang berbeda memiliki iman dan akidah yang sama. Penyair-penyair Iran telah memanfaatkan dunia dengan baik."

Rene Grousset lebih lanjut menandaskan, "Ekspresi perasaan yang diungkapkan oleh penyair-penyair Iran memiliki pengaruh besar seakan-akan seorang Perancis seperti menjadi seorang India dan seorang Turki seperti menjadi seorang Georgia. Harus dikatakan bahwa para Sufi (Arif) Iran meskipun Muslim, tetapi mereka dapat mengguncang jantung seorang Kristen dan seorang Brahman, dan mereka memiliki hubungan dengan kemanusiaan."

Sementara itu, Yarzhy Bechka, cendekiawan Cekoslovakia ketika memuji ghazal Hafez (penyair terkemuka Iran) mengatakan, "Selama seribu tahun, syair Persia memiliki kedudukan tertinggi, dan Hafez berada di posisi terdepan. Hafez adalah penyair terbesar di bidang ini dan di semua sastra dunia serta di sepanjang sejarah."

Goethe, penyair besar Jerman yang sangat tetarik dengan Hafez dan syair-syairnya, dalam karyanya "Divan-e Sharqi" mengatakan, "Wahai Hafez, perkataanmu seperti keabadian besar, sebab tidak ada awal dan tidak ada akhir. Ucapanmu seperti kubah langit yang bergantung hanya kepadamu. Dan kita tidak dapat membedakan antara ghazal (Sonnet) dan mutaliq, karena keduanya penuh dengan keindahan dan kesempurnaan. Jika pun dunia berakhir, aku tetap berharap dapat bersamamu wahai Hafez. Aku ingin bersamamu dalam bahagia dan duka seperti seorang saudara. Aku ingin mimum anggur besamamu dan aku jatuh cinta kepadamu, sebab cinta ini adalah kebanggaan dan sumber kehidupanku. Wahai Hafez, hatiku ingin agar diriku meniru ghazalmu?"

Terjemahan syair-syair Hafez ke dalam bahasa Jerman telah membuat banyak cendekiawan terpesona dan takjub. Nietzsche menggambarkan puisi Hafez sebagai perumahan yang megah. Ia juga menyebut puisi Hafez sebagai sebuah fenomena yang luar biasa, dan penciptaan puisi seperti itu tidak mungkin lagi dilakukan.

Cendekiawan Perancis, Charles Henri de Fouchcour mengatakan, "Syair-syair Hafez tepat untuk semua momen kehidupan. Ekspresi romantis Hafez terbentuk dalam konteks Islam yang mengandung Tauhid yang sangat kuat. Audiens (pembaca) cinta Hafez hanya satu wujud tunggal. Cinta yang dimaksud adalah cinta yang sempurna, tunggal, memiliki rasa cemburu dan asing bagi yang lain. Kandungan cinta Hafez berasal dari ranah spritual."

Gagasan dan pemikiran luhur yang menghiasi syair-syair para tokoh sastra Persia telah membuat takjub para cendekiawan besar dunia dari Timur hingga Barat tentang sastra Persia. Pertanyaan-pertanyaan filosofis Khayyam, ungkapan cinta spiritual Maulavi (Jalaluddin Rumi), rasionalitas Ferdowsi dan hikmat Sa’adi memiliki banyak pemuja di dunia.

Buku Rubaiyat Khayyam telah diterjemahkan Fitzgerald ke dalam bahasa Inggris. Setelah dipamerkan, buku terjemahan tersebut menjadi best seller di dunia. Karya itu tidak hanya sebagai syair saja, tetapi telah menjadi sebuah slogan, simbol dan tanda sebuah kebangkitan. Selama abad ke-20, salinan dari Rubaiyat Khayyam dapat diakses di semua perpustakaan, bahkan di rumah-rumah di Inggris dan Amerika. Khayyam telah menghiasi rumah-rumah di Eropa dan menjadi buku klinis mereka. Banyak tentara Inggris yang membawa buku Khayyam di Perang Dunia I dan II.

Richard Le Gallienne, penyair Inggris ketika mempelajari terjemahan Rubaiyat mengatakan, "Mungkin dapat saya katakan bahwa Rubaiyat aslinya bukan sebuah bunga, tetapi kelopak mawar, di mana bunga muncul dari keseluruhan kelopak itu. Dan mungkin terjemahan Fitzgerald sebagai kemekaran bunga ini."

Terjemahan syair-syair Maulavi (Jalaluddin Rumi) terhitung sebagai perombak sastra dunia. Terjemahan dari Divan-e Shams untuk waktu yang lama menempati peredaran tertinggi. Dunia telah mendengar pesan Maulavi (Jalaluddin Rumi) dan mabuk dengan bisikan cintanya. Pakar ketimuran khususnya orientalis Rusia menilai Shahnameh Ferdowsi sebagai permata langka dan berharga bagi sastra dunia.

Evgeny Berthels, Iranologist Rusia mengatakan, "Selama di dunia ada konteks Iran, maka nama membanggakan dari penyair besar Iran, Ferdowsi akan selalu ada. Ia menulis Shahnameh dengan `darah` jantungnya, dan dengan cara itu ia telah `membeli` cinta dan penghormatan bangsa Iran. Karyanya adalah permata langka dan terbaik yang telah menambah kekayaan sastra dunia."

Seorang cendekiawan dan pakar Timur dari Cekoslovakia, Jan Rypka menilai Ferdowsi sebagai Rostam (Rustam) Sastra Persia. Menurutnya, Ferdowsi dalam keseluruhan sastra Persia setingkat Rostam. Ferdowsi terkenal di Eropa melalui berbagai tulisan para orientalis dan terjemahan karya-karyanya. Kisah Shahnameh menjadi pengawas terhadap sebuah epik manusia dan daya tariknya, yaitu sejarah Iran. Shahnameh sangat bernilai mengingat menjaga dan mempertahankan tradisi-tradisi masa lalu. Meskipun menggunakan ungkapan-ungkapan imajinasi, namun Shahnameh juga mengungkapkan fakta. Fakta tersebut tidak hanya penting untuk sejarah, tetapi untuk penelitian terhadap masyarakat primitif.

Profesor Henry, Orientalis Perancis mengatakan, di antara semua epik Iran, Shahnameh memiliki keunggulan tertentu. Sebab, Shahnameh berbicara tentang pergumulan bangsa-bangsa terdahulu, di mana mereka mempertahankan  kebangsaan dan independensinya. Ia menambahkan, Shahnameh adalah kebanggaan dan penderiataan sebuah bangsa. Orientalis Perancis tersebut menandaskan, Shahnameh memiliki nilai lainnya yaitu menggabungkan dua masa yang sangat berbeda: Iran kuno dan Iran abad ke-11. (IRIB Indonesia)