Label

Senin, 06 Juni 2016

Sastra Persia di Mata Goethe hingga Nietzsche


Puisi dan sastra Persia adalah salah satu sumber informasi tentang identitas orang-orang Iran, dan sejak dahulu Iran dikenal di dunia sebagai negeri penuh semerbak wangi, bunga, keindahan dan cerita-cerita yang menyentuh hati. Rene Grousset, seorang orientalis Perancis menulis, "Saya harus katakan bahwa Iran memiliki hak besar di pundak manusia. Sebab secara historis, Iran dengan budayanya yang kuat dan kelembutan Islam telah menciptakan alat pemahaman, kesepakataan dan koordinasi di antara bangsa-bangsa selama berabad-abad. Mereka telah menemukan filsafat, pemikiran dan cita-cita tunggal."

Abel Bounar, penyair kontemporer Perancis menulis, "Mungkin seseorang telah menjelajahi semua negara Asia, menelusurinya dan berbaur dengan masyarakat di negara-negara itu. Mungkin ia mabuk dengan filsafat India dan takjub atas kebesaran Cina dan kejeniusan Jepang, tetapi tak diragukan lagi ia pasti terpesona dengan seni Iran. Bangsa yang di semua seni telah sampai pada kesempurnaan ini, lebih tertambat pada satu seni, yaitu syair dan sastra."

Pengenalan dunia tentang puisi dan sastra Persia di Timur kembali ke masa Ghaznavid, sementara pengenalan di Barat kembali ke periode Perang Salib. Menurut pakar ketimuran, legenda dan syair-syair serta kisah-kisah Iran masuk ke tradisi sastra Eropa pada abad pertengahan melalui Spanyol, kemudian menjadi bagian dari tradisi sastra Eropa. Setelah itu, muncul kecenderungan tertentu di antara masyarakat Barat kepada wilayah Timur yang penuh dengan rahasia menakjubkan. Hal itu tercermin dari cerita-cerita dan dongeng di abad pertengahan Eropa.

Rene Grousset mengatakan, "Sebagai orang asing jika saya diizinkan untuk mengutarakan pendapat saya, saya harus mengatakan bahwa Iran memiliki hak besar atas pundak manusia. Sebab secara historis, Iran dengan budayanya yang kuat dan kelembutan Islam, telah menciptakan alat pemahaman, kesepakataan dan koordinasi di antara bangsa-bangsa selama berabad-abad, di mana mereka telah menemukan filsafat, pemikiran dan cita-cita tunggal. Akibat dari gagasan dan syair-syair Iran, berbagai ras yang berbeda memiliki iman dan akidah yang sama. Penyair-penyair Iran telah memanfaatkan dunia dengan baik."

Rene Grousset lebih lanjut menandaskan, "Ekspresi perasaan yang diungkapkan oleh penyair-penyair Iran memiliki pengaruh besar seakan-akan seorang Perancis seperti menjadi seorang India dan seorang Turki seperti menjadi seorang Georgia. Harus dikatakan bahwa para Sufi (Arif) Iran meskipun Muslim, tetapi mereka dapat mengguncang jantung seorang Kristen dan seorang Brahman, dan mereka memiliki hubungan dengan kemanusiaan."

Sementara itu, Yarzhy Bechka, cendekiawan Cekoslovakia ketika memuji ghazal Hafez (penyair terkemuka Iran) mengatakan, "Selama seribu tahun, syair Persia memiliki kedudukan tertinggi, dan Hafez berada di posisi terdepan. Hafez adalah penyair terbesar di bidang ini dan di semua sastra dunia serta di sepanjang sejarah."

Goethe, penyair besar Jerman yang sangat tetarik dengan Hafez dan syair-syairnya, dalam karyanya "Divan-e Sharqi" mengatakan, "Wahai Hafez, perkataanmu seperti keabadian besar, sebab tidak ada awal dan tidak ada akhir. Ucapanmu seperti kubah langit yang bergantung hanya kepadamu. Dan kita tidak dapat membedakan antara ghazal (Sonnet) dan mutaliq, karena keduanya penuh dengan keindahan dan kesempurnaan. Jika pun dunia berakhir, aku tetap berharap dapat bersamamu wahai Hafez. Aku ingin bersamamu dalam bahagia dan duka seperti seorang saudara. Aku ingin mimum anggur besamamu dan aku jatuh cinta kepadamu, sebab cinta ini adalah kebanggaan dan sumber kehidupanku. Wahai Hafez, hatiku ingin agar diriku meniru ghazalmu?"

Terjemahan syair-syair Hafez ke dalam bahasa Jerman telah membuat banyak cendekiawan terpesona dan takjub. Nietzsche menggambarkan puisi Hafez sebagai perumahan yang megah. Ia juga menyebut puisi Hafez sebagai sebuah fenomena yang luar biasa, dan penciptaan puisi seperti itu tidak mungkin lagi dilakukan.

Cendekiawan Perancis, Charles Henri de Fouchcour mengatakan, "Syair-syair Hafez tepat untuk semua momen kehidupan. Ekspresi romantis Hafez terbentuk dalam konteks Islam yang mengandung Tauhid yang sangat kuat. Audiens (pembaca) cinta Hafez hanya satu wujud tunggal. Cinta yang dimaksud adalah cinta yang sempurna, tunggal, memiliki rasa cemburu dan asing bagi yang lain. Kandungan cinta Hafez berasal dari ranah spritual."

Gagasan dan pemikiran luhur yang menghiasi syair-syair para tokoh sastra Persia telah membuat takjub para cendekiawan besar dunia dari Timur hingga Barat tentang sastra Persia. Pertanyaan-pertanyaan filosofis Khayyam, ungkapan cinta spiritual Maulavi (Jalaluddin Rumi), rasionalitas Ferdowsi dan hikmat Sa’adi memiliki banyak pemuja di dunia.

Buku Rubaiyat Khayyam telah diterjemahkan Fitzgerald ke dalam bahasa Inggris. Setelah dipamerkan, buku terjemahan tersebut menjadi best seller di dunia. Karya itu tidak hanya sebagai syair saja, tetapi telah menjadi sebuah slogan, simbol dan tanda sebuah kebangkitan. Selama abad ke-20, salinan dari Rubaiyat Khayyam dapat diakses di semua perpustakaan, bahkan di rumah-rumah di Inggris dan Amerika. Khayyam telah menghiasi rumah-rumah di Eropa dan menjadi buku klinis mereka. Banyak tentara Inggris yang membawa buku Khayyam di Perang Dunia I dan II.

Richard Le Gallienne, penyair Inggris ketika mempelajari terjemahan Rubaiyat mengatakan, "Mungkin dapat saya katakan bahwa Rubaiyat aslinya bukan sebuah bunga, tetapi kelopak mawar, di mana bunga muncul dari keseluruhan kelopak itu. Dan mungkin terjemahan Fitzgerald sebagai kemekaran bunga ini."

Terjemahan syair-syair Maulavi (Jalaluddin Rumi) terhitung sebagai perombak sastra dunia. Terjemahan dari Divan-e Shams untuk waktu yang lama menempati peredaran tertinggi. Dunia telah mendengar pesan Maulavi (Jalaluddin Rumi) dan mabuk dengan bisikan cintanya. Pakar ketimuran khususnya orientalis Rusia menilai Shahnameh Ferdowsi sebagai permata langka dan berharga bagi sastra dunia.

Evgeny Berthels, Iranologist Rusia mengatakan, "Selama di dunia ada konteks Iran, maka nama membanggakan dari penyair besar Iran, Ferdowsi akan selalu ada. Ia menulis Shahnameh dengan `darah` jantungnya, dan dengan cara itu ia telah `membeli` cinta dan penghormatan bangsa Iran. Karyanya adalah permata langka dan terbaik yang telah menambah kekayaan sastra dunia."

Seorang cendekiawan dan pakar Timur dari Cekoslovakia, Jan Rypka menilai Ferdowsi sebagai Rostam (Rustam) Sastra Persia. Menurutnya, Ferdowsi dalam keseluruhan sastra Persia setingkat Rostam. Ferdowsi terkenal di Eropa melalui berbagai tulisan para orientalis dan terjemahan karya-karyanya. Kisah Shahnameh menjadi pengawas terhadap sebuah epik manusia dan daya tariknya, yaitu sejarah Iran. Shahnameh sangat bernilai mengingat menjaga dan mempertahankan tradisi-tradisi masa lalu. Meskipun menggunakan ungkapan-ungkapan imajinasi, namun Shahnameh juga mengungkapkan fakta. Fakta tersebut tidak hanya penting untuk sejarah, tetapi untuk penelitian terhadap masyarakat primitif.

Profesor Henry, Orientalis Perancis mengatakan, di antara semua epik Iran, Shahnameh memiliki keunggulan tertentu. Sebab, Shahnameh berbicara tentang pergumulan bangsa-bangsa terdahulu, di mana mereka mempertahankan  kebangsaan dan independensinya. Ia menambahkan, Shahnameh adalah kebanggaan dan penderiataan sebuah bangsa. Orientalis Perancis tersebut menandaskan, Shahnameh memiliki nilai lainnya yaitu menggabungkan dua masa yang sangat berbeda: Iran kuno dan Iran abad ke-11. (IRIB Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar