Puisi dan sastra Persia
adalah salah satu sumber informasi tentang identitas orang-orang Iran, dan
sejak dahulu Iran dikenal di dunia sebagai negeri penuh semerbak wangi, bunga,
keindahan dan cerita-cerita yang menyentuh hati. Rene Grousset, seorang
orientalis Perancis menulis, "Saya
harus katakan bahwa Iran memiliki hak besar di pundak manusia. Sebab secara
historis, Iran dengan budayanya yang kuat dan kelembutan Islam telah
menciptakan alat pemahaman, kesepakataan dan koordinasi di antara bangsa-bangsa
selama berabad-abad. Mereka telah menemukan filsafat, pemikiran dan cita-cita
tunggal."
Abel Bounar, penyair
kontemporer Perancis menulis, "Mungkin
seseorang telah menjelajahi semua negara Asia, menelusurinya dan berbaur dengan
masyarakat di negara-negara itu. Mungkin ia mabuk dengan filsafat India dan
takjub atas kebesaran Cina dan kejeniusan Jepang, tetapi tak diragukan lagi ia
pasti terpesona dengan seni Iran. Bangsa yang di semua seni telah sampai pada
kesempurnaan ini, lebih tertambat pada satu seni, yaitu syair dan sastra."
Pengenalan dunia tentang
puisi dan sastra Persia di Timur kembali ke masa Ghaznavid, sementara
pengenalan di Barat kembali ke periode Perang Salib. Menurut pakar ketimuran,
legenda dan syair-syair serta kisah-kisah Iran masuk ke tradisi sastra Eropa
pada abad pertengahan melalui Spanyol, kemudian menjadi bagian dari tradisi
sastra Eropa. Setelah itu, muncul kecenderungan tertentu di antara masyarakat
Barat kepada wilayah Timur yang penuh dengan rahasia menakjubkan. Hal itu
tercermin dari cerita-cerita dan dongeng di abad pertengahan Eropa.
Rene Grousset mengatakan,
"Sebagai orang asing jika saya
diizinkan untuk mengutarakan pendapat saya, saya harus mengatakan bahwa Iran
memiliki hak besar atas pundak manusia. Sebab secara historis, Iran dengan
budayanya yang kuat dan kelembutan Islam, telah menciptakan alat pemahaman,
kesepakataan dan koordinasi di antara bangsa-bangsa selama berabad-abad, di
mana mereka telah menemukan filsafat, pemikiran dan cita-cita tunggal. Akibat
dari gagasan dan syair-syair Iran, berbagai ras yang berbeda memiliki iman dan
akidah yang sama. Penyair-penyair Iran telah memanfaatkan dunia dengan baik."
Rene Grousset lebih lanjut
menandaskan, "Ekspresi perasaan yang
diungkapkan oleh penyair-penyair Iran memiliki pengaruh besar seakan-akan
seorang Perancis seperti menjadi seorang India dan seorang Turki seperti
menjadi seorang Georgia. Harus dikatakan bahwa para Sufi (Arif) Iran meskipun
Muslim, tetapi mereka dapat mengguncang jantung seorang Kristen dan seorang
Brahman, dan mereka memiliki hubungan dengan kemanusiaan."
Sementara itu, Yarzhy
Bechka, cendekiawan Cekoslovakia ketika memuji ghazal Hafez (penyair terkemuka
Iran) mengatakan, "Selama seribu
tahun, syair Persia memiliki kedudukan tertinggi, dan Hafez berada di posisi
terdepan. Hafez adalah penyair terbesar di bidang ini dan di semua sastra dunia
serta di sepanjang sejarah."
Goethe, penyair besar
Jerman yang sangat tetarik dengan Hafez dan syair-syairnya, dalam karyanya
"Divan-e Sharqi" mengatakan, "Wahai Hafez, perkataanmu seperti keabadian besar, sebab tidak ada awal
dan tidak ada akhir. Ucapanmu seperti kubah langit yang bergantung hanya
kepadamu. Dan kita tidak dapat membedakan antara ghazal (Sonnet) dan mutaliq,
karena keduanya penuh dengan keindahan dan kesempurnaan. Jika pun dunia
berakhir, aku tetap berharap dapat bersamamu wahai Hafez. Aku ingin bersamamu
dalam bahagia dan duka seperti seorang saudara. Aku ingin mimum anggur besamamu
dan aku jatuh cinta kepadamu, sebab cinta ini adalah kebanggaan dan sumber
kehidupanku. Wahai Hafez, hatiku ingin agar diriku meniru ghazalmu?"
Terjemahan syair-syair
Hafez ke dalam bahasa Jerman telah membuat banyak cendekiawan terpesona dan
takjub. Nietzsche menggambarkan puisi Hafez sebagai perumahan yang megah. Ia
juga menyebut puisi Hafez sebagai sebuah fenomena yang luar biasa, dan
penciptaan puisi seperti itu tidak mungkin lagi dilakukan.
Cendekiawan Perancis,
Charles Henri de Fouchcour mengatakan, "Syair-syair Hafez tepat untuk semua momen kehidupan. Ekspresi romantis
Hafez terbentuk dalam konteks Islam yang mengandung Tauhid yang sangat kuat.
Audiens (pembaca) cinta Hafez hanya satu wujud tunggal. Cinta yang dimaksud
adalah cinta yang sempurna, tunggal, memiliki rasa cemburu dan asing bagi yang
lain. Kandungan cinta Hafez berasal dari ranah spritual."
Gagasan dan pemikiran
luhur yang menghiasi syair-syair para tokoh sastra Persia telah membuat takjub
para cendekiawan besar dunia dari Timur hingga Barat tentang sastra Persia.
Pertanyaan-pertanyaan filosofis Khayyam, ungkapan cinta spiritual Maulavi
(Jalaluddin Rumi), rasionalitas Ferdowsi dan hikmat Sa’adi memiliki banyak
pemuja di dunia.
Buku Rubaiyat Khayyam
telah diterjemahkan Fitzgerald ke dalam bahasa Inggris. Setelah dipamerkan,
buku terjemahan tersebut menjadi best seller di dunia. Karya itu tidak hanya
sebagai syair saja, tetapi telah menjadi sebuah slogan, simbol dan tanda sebuah
kebangkitan. Selama abad ke-20, salinan dari Rubaiyat Khayyam dapat diakses di
semua perpustakaan, bahkan di rumah-rumah di Inggris dan Amerika. Khayyam telah
menghiasi rumah-rumah di Eropa dan menjadi buku klinis mereka. Banyak tentara
Inggris yang membawa buku Khayyam di Perang Dunia I dan II.
Richard Le Gallienne,
penyair Inggris ketika mempelajari terjemahan Rubaiyat mengatakan, "Mungkin dapat saya katakan bahwa Rubaiyat
aslinya bukan sebuah bunga, tetapi kelopak mawar, di mana bunga muncul dari
keseluruhan kelopak itu. Dan mungkin terjemahan Fitzgerald sebagai kemekaran
bunga ini."
Terjemahan syair-syair
Maulavi (Jalaluddin Rumi) terhitung sebagai perombak sastra dunia. Terjemahan
dari Divan-e Shams untuk waktu yang lama menempati peredaran tertinggi. Dunia
telah mendengar pesan Maulavi (Jalaluddin Rumi) dan mabuk dengan bisikan
cintanya. Pakar ketimuran khususnya orientalis Rusia menilai Shahnameh Ferdowsi
sebagai permata langka dan berharga bagi sastra dunia.
Evgeny Berthels,
Iranologist Rusia mengatakan, "Selama
di dunia ada konteks Iran, maka nama membanggakan dari penyair besar Iran,
Ferdowsi akan selalu ada. Ia menulis Shahnameh dengan `darah` jantungnya, dan
dengan cara itu ia telah `membeli` cinta dan penghormatan bangsa Iran. Karyanya
adalah permata langka dan terbaik yang telah menambah kekayaan sastra dunia."
Seorang cendekiawan dan
pakar Timur dari Cekoslovakia, Jan Rypka menilai Ferdowsi sebagai Rostam
(Rustam) Sastra Persia. Menurutnya, Ferdowsi dalam keseluruhan sastra Persia
setingkat Rostam. Ferdowsi terkenal di Eropa melalui berbagai tulisan para
orientalis dan terjemahan karya-karyanya. Kisah Shahnameh menjadi pengawas terhadap
sebuah epik manusia dan daya tariknya, yaitu sejarah Iran. Shahnameh sangat
bernilai mengingat menjaga dan mempertahankan tradisi-tradisi masa lalu.
Meskipun menggunakan ungkapan-ungkapan imajinasi, namun Shahnameh juga
mengungkapkan fakta. Fakta tersebut tidak hanya penting untuk sejarah, tetapi
untuk penelitian terhadap masyarakat primitif.
Profesor Henry, Orientalis
Perancis mengatakan, di antara semua epik Iran, Shahnameh memiliki keunggulan
tertentu. Sebab, Shahnameh berbicara tentang pergumulan bangsa-bangsa
terdahulu, di mana mereka mempertahankan kebangsaan dan independensinya.
Ia menambahkan, Shahnameh adalah kebanggaan dan penderiataan sebuah bangsa.
Orientalis Perancis tersebut menandaskan, Shahnameh memiliki nilai lainnya yaitu
menggabungkan dua masa yang sangat berbeda: Iran kuno dan Iran abad ke-11. (IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar