Label

Kamis, 01 November 2012

Puisi-puisi Octavio Paz



Sentuhan

Jari-jari tanganku
membuka rerumbai tiraimu
mengenakan padamu yang lebih telanjang
mengelupas tubuh-tubuh dari tubuhmu
Jari-jari tanganku
menciptakan tubuh lain buat tubuhmu

Gerak

Jika engkau kuda betina bergairah
Aku kelok-jalanan penuh darah

Jika engkau salju pertama yang mekar
Aku orang yang menyalakan jantung fajar

Jika engkau menara malam hari
Aku di ingatanmu pasak berapi

Jika engkau genangan pagi yang pasang
Aku perih tangis pertama burung di sarang

Jika engkau keranjang buah jeruk matang
Aku kemilau mata pisau matahari terang

Jika engkau meja batu persembahan
Aku sepasang ulur-tangan berdosa

Jika engkau daratan yang tertidur
Aku batang-batang hijau subur

Jika engkau lompatan kaki-kaki angin
Aku jilatan nyala api yang dingin

Jika engkau dua bibir air
Aku sepaut mulut lumut

Jika engkau rimbunan hutan awan
Aku tajam kapak pemotong pohonan

Jika engkau kota yang hampir mati
Aku badan hujan yang mengabdi

Jika engkau gunung warna kuning
Aku lengan-lengan pohon merah

Jika engkau matahari melangit
Aku kelok-jalanan penuh darah

Angin
(Viento)

Berkidung dedaunan,
menari buah-buah pir di pohon;
berkisar bunga mawar,
mawar angin, bukan pohon mawar.
Gumpalan demi gumpalan awan
melayang bermimpi, jadi ganggang udara;
seluruh jagat raya
beredar bebas iringi mereka.

Segalanya bagai cakrawala;
bergetar galah apiun
dan seorang perempuan telanjang
temani angin di punggung ombak.

Aku bukan siapa-siapa,
aku tubuh mengapung, sinar, juga gelora;
segalanya dari angin
dan anginlah udara pengembara.



Titik Mula Puisi

Kata, suku kata, kelompok kata
adalah bintang-bintang yang berputar
menuju pusat abadi.

Dua tubuh, banyak wujud
datang bersama dalam satu kata.
Kertas terbungkus tinta tak terhapus
yang tak seorang pernah mengucapkannya
tak seorang pernah mencatatnya.
Jatuh di halaman buku, menyala
membakar dan mengigau di sana.

Maka puisi pun ada. Dan cinta terwujud.
Bahkan jika aku tak lahir
Puisi harus ada
Sebab apa yang puisi persiapkan
adalah suatu keharusan cinta.

Saya melihat seorang lelaki-matahari
dan seorang perempuan-bulan.
Yang lelaki menggunakan tenaga tubuh
yang perempuan menggunakan tenaga kata.
Dan cinta yang tak terkalahkan
menorah secercah cahaya pada kegelapan.
Setiap keadaan menyediakan jalan lewat
bagi rajawali-rajawali cahaya.

Puisi adalah puncak pencapaian derita penyair.
Tiba tengah hari, pohon-pohon raksasa berdaun lebat
tak terkalahkan. Dalam gedung lelaki dan perempuan
menyanyikan lagu matahari
menawarkan benda-benda tembus cahaya.
Tubuhku terbungkus
buih ombak berwarna kuning.
Dan tak ada lagi milikku
akan bicara melalui suaraku.

Ketika sejarah tidur, ia akan bicara dalam mimpi:
di dahi orang-orang tidur puisi adalah sebuah rasi darah.
Ketika sejarah terjaga, khayal diterjemahkan ke dalam tindakan.
Puisi ambil bagian. Puisi mulai bertindak.

Dan apa yang kauimpikan
itu yang kaudapatkan.


Octavio Paz, penyair Meksiko, peraih Nobel Sastra. Mantan Duta Besar Meksiko untuk India dan Prancis. Puisi Titik Mula Puisi ini diterjemahkan oleh Frans Nadjira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar