Label

Rabu, 10 Maret 2021

Sulaiman Djaya | Sundakala | Novia Fitria

 

Pentas Musik Etnik Sundakala: Puisi karya Sulaiman Djaya, Vokal dan Saron: Novia Fitria, Musik Arransemen oleh Kaum Pedestrian. House of Salbai 34 Venue Kota Serang, Banten. SUNDAKALA “Pun, sapun! Kula ngahaturkeun mantra gunung, ka para karuhun nu aya di hilir, nu aya di pucuk: jadilah limbung, jadilah rimbun”. Ini adalah negeri para Hyang yang menghuni gunung-gunung. Dengan mantra paling sakti bagi Nhay Larasati, bagi Dewi Pohaci. “Jadilah limbung, jadilah rimbun sebab air adalah jiwa bumi dan batang-batang hutan adalah tiang-tiang penyangga”. Dahulu kala, di hilir Kali Pandan, Sri Jayabupati mendirikan kota Banten Girang. Dari kenangan Tarumanagara yang kalah, Sunda nan resah dan gundah selepas prahara karena asmara para raja. Nun jauh di timur Jawa, di negeri Daha, lelaki bernama Airlangga meregang nyawa penuh iba karena serangan Sriwijaya nan tiba-tiba. Dan Darmawangsa pun hijrah ke negeri Niskala Wastu Kencana di hilir Kali Pandan, di Banten Girang. Tak ada kekuasaan yang kekal melebihi usia di negeri Sunda. Inilah negeri Banten yang tua muasal para raja dan punggawa yang kelak bertahta di Pakuwuan di nagari pusaka Pajajaran, di negeri kelahiran Raden Kian Santang. “Pun, sapun! Kami para puun menabuh angklung-angklung buhun agar gunung-gunung tetap kukuh bagi segenap anak-cucu”. Dan di negeri Galuh, Rahyang Niskala pun masygul, setelah Banten Girang hancur-luluh oleh para perusuh, tetangga yang cemburu pada paras ayu. “Pun, sapun! Kami para anak cucu ngahaturkeun putih sangu ka para puun, ka para karuhun ka para Hyang di gunung-gunung”. (2013) Sumber: Jurnal Sajak Nomor 8 Tahun 4 (2014)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar