Rindu
Kurindukan bulan di
punggung
Tembang sejalanan menyuruk
gang demi gang
Rumah ini tak bisa
mengurung duka
Aku lebih besar
daripadanya
Kamar takkan kuasa
membikin aku betah
Di luar ada yang lebih
benar tuk kucinta
Perempuan bergelapan dan
rokoknya di tangan
Perempuan kelaparan, perempuan kedinginan
Hitam gerbong panjang rel kereta
Aku mesti pergi
Aku mesti kembali ke jalan raya
Perempuan kelaparan, perempuan kedinginan
Hitam gerbong panjang rel kereta
Aku mesti pergi
Aku mesti kembali ke jalan raya
Orang-orang gelandangan
lebih indah dari rumah
Orang-orang bergelapan, orang-orang kelaparan
Dengan kepala gundul muka pasi tak berdarah
Aku kan pergi
Aku kan kembali kepada mereka
Yang menggenggam hidupnya penuh di tangan
Orang-orang bergelapan, orang-orang kelaparan
Dengan kepala gundul muka pasi tak berdarah
Aku kan pergi
Aku kan kembali kepada mereka
Yang menggenggam hidupnya penuh di tangan
Cikini Raya
pedagang kembang yang
menembang sumbang
dilarikan karet becak ke ujung malam
lampu-lampu jalan bersinar terang
lari bayangan
dan malam makin lenggang
dilarikan karet becak ke ujung malam
lampu-lampu jalan bersinar terang
lari bayangan
dan malam makin lenggang
pedagang kembang mengebas
ranjang
tembang riang mau pulang
sama sisa malam
tembang riang mau pulang
sama sisa malam
jalan makin rata
bening berbayang
bening berbayang
Potret Diri
begitu ia melirik arah
kota Jakarta
cintanya menyanyi sepanjang malam
dikandungnya dosa pada mata
dendamkan hari berbuahkan warna
merah menyala di sudut kanan :
geram harimau meraung di wajahnya
adalah geram kegemasan
cintanya menyanyi sepanjang malam
dikandungnya dosa pada mata
dendamkan hari berbuahkan warna
merah menyala di sudut kanan :
geram harimau meraung di wajahnya
adalah geram kegemasan
begitu ia memandang arah
kota Jakarta
malamnya melenguh kehilangan senja
dikandungnya dendam, dikandungnya dalam
wajah yang segera merebah
mendekap mangsa yang kalah: seperti tajam pedang
adalah duri-duri alisnya
malamnya melenguh kehilangan senja
dikandungnya dendam, dikandungnya dalam
wajah yang segera merebah
mendekap mangsa yang kalah: seperti tajam pedang
adalah duri-duri alisnya
Sepanjang Gunung Sahari
Kami lupakan lapar dengan
perempuan
Bersusu hitam: daki dan mentari
Kami lupakan kesibukan kota
Derum mobil dan kapal terbang
Anak-anak berkejaran mengakhiri hari
Bersusu hitam: daki dan mentari
Kami lupakan kesibukan kota
Derum mobil dan kapal terbang
Anak-anak berkejaran mengakhiri hari
Kami bicara tentang
kebakaran
Ibu hangus ayah tertembak
Kampung habis dan kota kepadatan
Namun kami tak menangis
Kan menangis air mata habis
Ibu hangus ayah tertembak
Kampung habis dan kota kepadatan
Namun kami tak menangis
Kan menangis air mata habis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar