Label

Jumat, 09 Agustus 2013

Puisi-puisi Jafar Fakhrurozi

Mengunci Malam
:Sulaiman Djaya

malam barangkali hanya sekelebat lewat bagimu
celotehnya tak kedengaran dihantam hujan
tapi huruf-huruf di dadamu, serapi deru mesin jahit
nyaring di antara gumam maut yang siaga menjemput

malam panjang ini, terasa lebih ngilu dari rasa haru
tak hanya diburu waktu, kita limbung dibuai ketakpastian
namun saat waktu dikunci, kau tak kan mati
sajakmu terpelanting bagai kancing yang terlepas
dan ketika waktu kembali bebas
kau senantiasa lupa, di mana letak perhentian

di negeri ini banyak siasat dan tipu muslihat, katamu.
maka adakah yang lebih baik daripada mengeluh?

yakin, tak ada duka yang disengaja
begitu juga dengan nasib bangsa ini
tak ada yang pernah meramalkan bencana
kecuali dalam mimpi-mimpi tak akuntabel
yang dihujatkan musuh-musuh malam kita

apakah penyair, hatimu sungguh sintementil
menghabiskan malam dengan segala umpatan

hari-hari di sini, seperti daun-daun yang tanggal
dihembus angin barat, liar tak berjejak
dan hanya hujan yang niscaya,
mengabarkan isyarat dan rahasia


Malam Paripurna

pada malam di cirata, wajahku bergetar
sebentar saja jadi malam yang liar
telah kutambatkan igauan pada kail, arus air,
dan pada tiap petunjuk alam

meski gusar, meski samar
aku mau menunggu
setabah galah tipis ini
yang kujulurkan di atas angin
berharap akan datang

sebentar lagi subuh turun
menyelusup ke ubun dedaun
hai, ini malam paripurna
tempat kumpul setiap kembara


Secarik Surat di Malam Buta

alangkah pelan angin mengalun
namun jarak ini kian terbangun
dan ketika jerit kapal mulai samar
tiba-tiba kehampaan mengental
lekat di dada, tak mau ke mana

tak ada yang dapat disampaikan
hanya keluhan tanpa warna
usia muda tapi jiwa renta

dari jauh selat sunda
jalan kian remang, kian gamang
apalagi jika malam buta itu tiba, 
aku tak beda dengan sepasukan kuda
yang pikun akan jejak-jejaknya
sebab begitu cepat angin menghapusnya

segurat surat di secarik perjalanan
sama sekali tak mampu rapatkan jarak
hanya sebongkah kekeh kecil
di sela mimpi yang tak pernah tepi


Secarik Surat di Pagi Buta

menghirup udara teramat dalam
terasa sampai ke lubuk hati
mencakup namamu diam-diam
bagai derai tak jadi pergi

masih ada hujan sisa semalam 
mengalir lembut di dinding
dan mataku tak habis melukis
pagi di ibukota pajajaran

kekasihku, betapa rindu ini memuncak
ketika angin menghembus kian rapat
dan aku akan terus sampaikan 
tentang kesetiaan yang panjang.


Secarik Surat di Siang Buta

ketika matahari tegak di ubun-ubun
sejarah diarak dan berakhir di api unggun
liar diumbar angin mati. 

di pelupuk matamu
kupeluk ingatan rupa-rupa perjalanan
di sana pernah terlahir kira-kira rencana
dilayangkan tuan dan puan bersamaan
sebagai isyarat, arah angin yang pucat

aku tahu, kita tak hendak tinggal diam
sebelum bayangan condong ke senja
sebelum langkah rebah ke tanah
masih banyak rahasia yang harus dibaca.



Jafar Fakhrurozi lahir di Majalengka, 1983. Menulis puisi dan esai. Karya-karyanya dimuat di media massa lokal dan nasional. Sumber:
http://www.jurnas.com/halaman/27/2012-12-16/228977 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar