Oleh Abu Firas Hammam bin Ghalib bin Sha’sha’ah
at-Tamimi ad-Darimi (al Farazdaq, 641
M-732 M)
Dialah yang dikenal jejak langkahnya,
oleh butiran pasir yang dilaluinya.
Rumah Allah Kakbah pun mengenalnya,
dan dataran tanah suci sekelilingnya.
Dialah putra insan termulia,
dari hamba Allah seluruhnya.
Dialah manusia hidup berhias takwa,
kesuciannya ditentukan oleh fitrahnya.
Di saat ia menunju Kakbah,
bertawaf mencium Hajar jejak kakeknya.
Ruknul Hatim enggan melepaskan tangannya,
karena mengenal betapa ia tinggi nilainya.
Ruknul Hatim enggan melepaskan tangannya,
karena mengenal betapa ia tinggi nilainya.
Itulah Ali cucu Rasulullah,
cucu pemimpin segenap umat manusia.
Dengan agamanya manusia berbahagia,
dengan bimbingannya mencapai keridaan-Nya.
cucu pemimpin segenap umat manusia.
Dengan agamanya manusia berbahagia,
dengan bimbingannya mencapai keridaan-Nya.
Jika Anda belum mengenal dia,
dia itulah putra Fatimah.
Putri Nabi utusan Allah,
penutup para Rasul dan anbiya.
dia itulah putra Fatimah.
Putri Nabi utusan Allah,
penutup para Rasul dan anbiya.
Pertanyaan Anda “Siapa dia?”
tidak merugikan keharuman namanya.
Arab dan ajam mengenal dia,
walau Anda hendak mengingkarinya.
tidak merugikan keharuman namanya.
Arab dan ajam mengenal dia,
walau Anda hendak mengingkarinya.
Tidak pernah ia berucap “tidak”,
kecuali dalam ucapan syahadatnya.
Kalau bukan karena syahadatnya,
“Tidak”nya berubah menjadi “ya”.
kecuali dalam ucapan syahadatnya.
Kalau bukan karena syahadatnya,
“Tidak”nya berubah menjadi “ya”.
Berasal dari keluarga mulia
Mencintainya fardhu dalam agama
Membencinya kufur dalam agama
Dekat padanya selamat dari marabahaya.
Mencintainya fardhu dalam agama
Membencinya kufur dalam agama
Dekat padanya selamat dari marabahaya.
Yang mengenal Allah pasti mengenal dia
Yang mengenal dia mengenal keutamaannya
Yang bersumber pada lingkungan keluarganya
Tempat manusia bermandikan cahaya.
Yang mengenal dia mengenal keutamaannya
Yang bersumber pada lingkungan keluarganya
Tempat manusia bermandikan cahaya.
Siapakah
al-Farazdaq?
Oleh
Ali Reza
Nama
asli al-Farazdaq adalah Abu Firas Hammam bin Ghalib bin Sha’sha’ah at-Tamimi
ad-Darimi. Ia lahir di Kadhima (sekarang Kuwait) pada tahun 641 namun tinggal
di Basrah. Pada usia 15 tahun, Farazdaq dikenal sebagai penyair. Suatu ketika
Ghalib datang kepada Imam Ali bersama putranya. Imam bertanya, “Bagaimana
tentang jumlah untamu yang banyak?” Ia menjawab, “Mereka telah tersapu habis
(dalam melaksanakan kewajiban), wahai Amirul Mukminin.” Imam menjawab, “Itu
cara paling terpuji.”
Lalu
Imam bertanya kepada Ghalib siapa anak muda ini. Dengan bahagia Ghalib
menjawab, “Dia adalah putraku dan dia seorang penyair.” Ketika Imam
mendengarnya, beliau berkata, “Ajari ia Alquran. Itu lebih baik baginya dari
sekedar membaca syair.” Kata-kata Imam mempengaruhi al-Farazdaq sehingga ia
berjanji tidak akan bebas sebelum menghafal Quran. (Lihat: Syarh Ibnu Abil
Hadid). Kemudian al-Farazdaq kembali kembali membuat puisi.
Ketika
ia tinggal di Bashrah, ia menyusun satir untuk Bani Nisyal dan Bani Fuqaim dan
ketika Ziad bin Abihi (anggota Bani Fuqaim) menjadi gubernur di Irak pada tahun
669. Al-Farazdaq dipaksa tinggal beberapa tahun di
Madinah dan kembali ke Bashrah setelah kematian Ziad. Di Bashrah ia berusaha
mendapatkan dukungan putra Ziad, Ubaidillah.
Al-Farazdaq
terkadang bersikap “gila” dan berani, seperti syair dan perseteruannya dengan
Jarir (penyair dekat seorang tirani, al-Hajjaj) yang telah menjadi perbincangan
selama berabad-abad. Kekayaan kosakata al-Farazdaq membuat kritikus Arab
terdahulu berkata, “Jika syair-syair al-Farazdaq tidak ada, sepertiga bahasa
Arab akan hilang.” Dîwan-nya mengandung ribuan sajak, termasuk pujian,
sindiran dan rintihan.
Pertemuan
dengan Imam Husain
Sebelum
Imam Husain berangkat ke Karbala, beliau bertemu dengan al-Farazdaq dan
menanyakan kondisi di Irak. Al-Farazdaq mengatakan bahwa hati orang-orang di
sana bersama Imam tapi pedang mereka bersama Ummayah dan mengarah ke Imam. Imam
Husain menjawab, “Bila segalanya berjalan sebagaimana yang kami kehendaki, kami
bersyukur kepada Allah… Tetapi bila terjadi yang tidak menguntungkan, kami
tidak rugi karena maksud kami baik… Aku bersyukur kepada-Nya dalam segala
keadaan, yang menyenangkan atau sebaliknya.”
Kepada
al-Farazdaq, Imam Husain as juga berkata, “Wahai Farazdaq! Mereka adalah
orang-orang yang telah melalaikan ketaatan kepada Allah dan mengikuti ajakan
setan. Mereka berbuat kerusakan di muka bumi, mencampakkan hukum Allah dan
melakukan kemunkaran serta merampas harta orang-orang fakir. Aku lebih berhak
untuk bangkit membela agama Allah. Demi kemuliaan agama, aku jihad di jalan
Allah sehingga kalimah Allah tegak.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar