Puisi-puisi Sulaiman Djaya
KITA SEPERTI KATA
Kita selalu kesulitan
untuk mengemukakan kata yang tepat
saat ingin berbicara, dan karenanya puisi ada.
saat ingin berbicara, dan karenanya puisi ada.
Kita juga seringkali ingin
berdamai dengan keindahan
dan karenanya kita ingin menyimak nada dalam bahasa.
dan karenanya kita ingin menyimak nada dalam bahasa.
Kita sesekali ingin akrab
dengan burung-burung yang berlesatan
ketika merasa bosan dan kesepian di dalam rumah,
ketika merasa bosan dan kesepian di dalam rumah,
memandang langit selepas
hujan –seakan kita ingin tinggal di sana.
Sesungguhnya kita selalu ingin menggambar dunia
Sesungguhnya kita selalu ingin menggambar dunia
Dengan kata-kata yang ada
di dalam diri kita. Kau menulis
dan membaca apa yang juga kutulis dan kubaca
dan membaca apa yang juga kutulis dan kubaca
dengan dan dari kata-kata
yang sama, meski menghasilkan gambar
dan dunia yang berbeda –dan karenanya keindahan pun ada.
dan dunia yang berbeda –dan karenanya keindahan pun ada.
Engkau menulis dan bicara
tentang cinta dan kesepian,
aku pun demikian. Kita tinggal di rumah yang sama
aku pun demikian. Kita tinggal di rumah yang sama
dengan pintu-pintu dan
jendela-jendela lembab dan lengang
namun usia kita tak pernah sama ketika memahaminya.
namun usia kita tak pernah sama ketika memahaminya.
(2005)
BILA AKU MATI
Sudah lama tak ada tamu di
pintuku:
padahal aku telah
menyalakan malam.
Bintang-bintang di langit
seperti kota-kota yang
sepi
dan betapa jauh dari bumi.
Adakah di sana
kelak tempatku?
Saatku mati
dan lupa kepada puisi.
Sungguh aku
selalu rindu kematian
bila sunyi tak lagi bisa
kupadamkan.
Membayangkan waktu seperti
rusa-rusa
di hutan-hutan senja
yang ditinggalkan gerimis
dan matahari.
Ketika sabana dan
lereng-lereng lembab
dikepung gaib cakrawala.
Tak ada hasratku untuk
bertanya
di mana surga berada
apalagi memikirkan dunia
mana
yang pertama ada dan
terjaga.
Dan barangkali langit
akan jadi rumahku nanti.
(2015)
FILSAFAT
Kita seperti mainan
kanak-kanak
di papan catur. Tapi kita
sepenuhnya bebas
dan tak ada yang
mengendalikan.
Kita merasa berada di
dunia dan berkuasa
ketika bermimpi. Berharap
dan sesekali tertawa
karena suatu kebahagiaan
dan kegembiraan
tanpa sebab. Kita menangis
ketika orang yang kita
cintai
tak lagi punya alasan
untuk menyayangi kita yang
kesepian.
Kadang-kadang kita jatuh
dan bahkan terpuruk
meski bukan karena
serangan sepasukan musuh.
Tapi seringkali kita juga
menyukai lupa
bahwa anugerah hidup tak
hadir begitu saja.
Kadang kita juga
seringkali membenci
sesuatu yang tak kita
miliki
dan terus berusaha
meyakinkan diri
ketika diterjang bosan dan
putus-asa.
Kadang kita
menimbang-nimbang
dunia seperti apa gerangan
yang ingin kita miliki dan
kita kuasai
dan kalau bisa, kadang
harus,
tanpa kekurangan
sama-sekali.
Namun di atas segalanya,
sekali lagi,
seperti apa pun kita
adanya
kita masih bisa memulai
lagi permainan kita.
(2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar