Label

Sabtu, 17 Mei 2014

Bait-bait Puisi Imam Khomeini




“Kekasihku! Menyasikan keindahan-Mu, aku pun terpana
Melihat manifestasi kemuliaan-Mu, aku terpukau dalam bahagia

Kulupakan wujud diriku dan kuberseru, "Akulah kebenaran!"
Bagai Manshur al-Hallaj, kurelakan diriku dihukum di tiang gantungan

Kesakitan dan kepedihan akan cinta-Mu membakar jiwa ragaku
Hingga aku terpukau dengan diriku, dan keadaanku menjadi
pembicaraan seluruh kota

Biarkanlah pintu-pintu kedai minum tetap terbuka,
Biarkan kami pergi kesana siang dan malam
Karena, aku muak dengan masjid maupun madrasah

Aku melepaskan jubah kezuhudan dan kepura-puraan
Dan menjadi sadar setelah mengenakan jubah pengunjung kedai minum

Juru dakwah kota dengan ceramahnya membuat aku tak nyaman
Karena itu aku mencari perlindungan pada orang yang penampilan
luarnya memuakkan tetapi batinnya penuh kesalihan

Izinkan aku untuk mengingat kenangan manis kuil itu
Dimana aku tersadar oleh sentuhan lembut tangan kekasihku”

Tentu saja, beberapa kata dan istilah dalam bait-bait atau larik-larik puisi ini bermakna kiasan, bukan dalam artian sebenarnya (verbal –harfiah semata). Sebagai contoh, kedai minum di sini maksudnya adalah maqam spiritual kepada Allah yang dicapai melalui pelaksanaan ibadah sunah. Sementara itu kata masjid dan madrasah berarti ibadah yang kehilangan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mencapai kedekatan kepada Allah.

Contoh larik-larik puisi Imam Khomeini yang juga tak kalah indah adalah:

“Biarkan jangan kehormatanku melambung
Biarkan jangan namaku berkilau
Tuangan penuh-kasih dalam piala itu
Yang membanjiriku
Yang membasuh jiwa
Dari tipu daya yang angkara.” 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar