Aku Tak Kenal Sepi
Malam:
Gurun pegunungan
Yang menjengkau ke lautan
Tapi aku yang buai kamu
Yang menjengkau ke lautan
Tapi aku yang buai kamu
Peduli sepi bagiku
Angkasa
kosong dan lengang
Jika purnama menghilang
Jika purnama menghilang
Tapi aku yang belai kamu
Peduli sepi bagiku
Dunia
menggurun pasir
Dan jasad binasa, hancur
Tapi aku yang dekap kamu
Peduli sepi bagiku.
Untuk anakku
Tanganku
sibuk sepanjang hari, Aku tak punya banyak waktu luang
Bila kau ajak aku bermain, Ku jawab,” Ayah tak sempat, Nak”.
Aku bekerja keras semua untukmu,
Tapi bila kau tunjukkan buku ceritamu
Atau mengajakku berbagi canda,
Ku jawab,” Sebentar Sayang”
Bila kau ajak aku bermain, Ku jawab,” Ayah tak sempat, Nak”.
Aku bekerja keras semua untukmu,
Tapi bila kau tunjukkan buku ceritamu
Atau mengajakku berbagi canda,
Ku jawab,” Sebentar Sayang”
Di
malam hari, kutidurkan kamu. Kudengarkan doamu, kupadamkan lampumu.
Lalu berjingkat meninggalkanmu
Kalau saja aku tinggal barang satu menit lagi
Sebab hidup itu singkat, tahun-tahun bagai berlari
Lalu berjingkat meninggalkanmu
Kalau saja aku tinggal barang satu menit lagi
Sebab hidup itu singkat, tahun-tahun bagai berlari
Bocah
cilik tumbuh begitu cepat, kamu tak lagi berada di sisi ayah
Membisikkan rahasia-rahasia kecilmu, buku dongengmu entah dimana
Tak ada cium selamat malam, tak kudengar lagi doamu
Semua itu milik masa lalu
Membisikkan rahasia-rahasia kecilmu, buku dongengmu entah dimana
Tak ada cium selamat malam, tak kudengar lagi doamu
Semua itu milik masa lalu
Tanganku
dahulu sibuk, sekarang diam
Hari-hari terasa panjang membentang
Kalau saja aku bisa kembali ke masa lalu
Menyambutmu hangat di sisiku
Memberimu waktu dari hatiku
Hari-hari terasa panjang membentang
Kalau saja aku bisa kembali ke masa lalu
Menyambutmu hangat di sisiku
Memberimu waktu dari hatiku
Kita
melakukan banyak kekeliruan dan kesalahan, tapi kelalaian kita yang utama
Adalah mengabaikan anak, menyepelekan mata air kehidupan
Banyak kebutuhan kita dapat ditunda, tapi anak tak dapat menunggu
Kini saat tulang-tulangnya dibentuk, darahnya dibuat, dan nalurinya dikembangkan
Padanya kita tak dapat menjawab “Besok”, sebab ia dijuluki “Hari ini”
Adalah mengabaikan anak, menyepelekan mata air kehidupan
Banyak kebutuhan kita dapat ditunda, tapi anak tak dapat menunggu
Kini saat tulang-tulangnya dibentuk, darahnya dibuat, dan nalurinya dikembangkan
Padanya kita tak dapat menjawab “Besok”, sebab ia dijuluki “Hari ini”
Gabriela
Mistral (1889-1957) lahir di Vicuna, Chili, pemenang Nobel kesusastraan 1945,
atas karangannya Desolation (diterjemahkan ke bahasa Perancis oleh beberapa
penyair Prancis terkemuka). Gabriela leluasa penuh gairah menyanyikan
perasaannya dalam bahasa Spanyol. Berperan penting pada sistem pendidikan di
Meksiko serta Chili, aktif di komite kebudayaan League of Nations (Liga
Bangsa-Bangsa), menjadi konsul Chili di Nepal, Madrid, Lisbon. Bergelar
kehormatan dari Universitas Florence dan Guantemala, anggota kehormatan di
berbagai perkumpulan budaya di Chili, Amerika Serikat, Spanyol juga Kuba.
Mengajar sastra Spanyol di Universitas College, Vassar College pula Universitas
Puerto Rico. Puisi cintanya mengenang yang telah meninggal, Sonetos de la
muerte (1914) membuatnya terkenal ke seluruh Amerika Latin. Desolation
(Keputus-asaan) tidak terbit sampai 1922. Tahun 1924 muncul Ternura (Kemesraan)
didominasi masa kanak yang berkaitan kelahiran, memainkan peran penting akan
Tala (1938). Kumpulan lengkap puisinya diterbitkan tahun 1958.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar