Label

Sabtu, 06 Oktober 2012

Puisi-puisi Georg Trakl


Ratapan

Maut dan kelelapan, rajawali muram itu,
Semalaman mendengungi kepala:
Agar citra kencana manusia
Ditelan gigil banjir
Sang keabadian. Porandalah
Tubuh ungu ini di seram karang.
Dan gelap suara
Meratap di atas lautan.
Wahai, dinda kemurungan membadai
Lihatlah, sampan cemas tengah tenggelam
Di bawah gemintang,
Wajah bisu sang malam.


Kepada Si Pemuda Elis                                              

Elis, jika amsel memanggil di rimba gelap,
Tibalah keruntuhanmu.
Bibirmu mereguk kesejukan perigi biru.

Jika dahimu lirih berdarah, tinggalkan
Dongeng legenda purbakala
Dan isyarat gelap burung-burung di angkasa.

Namun, kau melangkah lembut ke lubuk malam
Yang rimbun oleh anggur ungu,
Dan kian gemilang kau ayunkan lengan dalam biru.

Semak berduri bersenandung
Di tempat matamu membulan.
O, engkau mati, Elis, betapa lama silam.

Tubuhmu setangkai bunga bakung,
Ke dalamnya biarawan celupkan jemari lilinnya.
Goa hitamlah kebisuan kita.

Kadang, dari goa itu keluar hewan lembut
mengatupkan perlahan kelopaknya yang berat.
Pelipismu ditetesi embun hitam,

Emas penghabisan dari runtuhan gemintang.




Elis: Nama pemuda yang muncul dalam berbagai puisi Trakl. Menurut para peneliti perpuisian Trakl, nama ini berkaitan dengan buruh tambang Swedia bernama Elis Fröbom yang hidup pada abad ke-17. Konon, Elis Fröbom mengalami kecelakaan di tambang pada hari pernikahannya dan meninggal. Jenazahnya baru ditemukan puluhan tahun kemudian dalam keadaan utuh (terkonservasi), jenazah seorang pemuda belia. Sedangkan mempelainya telah menjadi seorang perempuan tua.

Amsel: burung pengicau, kecil berbulu hitam (Turdus merula).


Diterjemahkan oleh Agus R. Sarjono dan Berthold Damshäuser. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar