Tak Berbatas
Bahwa kau tak bisa usai, kau gemilang,
Bahwa kau tak juga mulai, itu nasibmu.
Lagumu berulang bagai kubah gemintang,
Awal dan akhir senantiasa sama,
Dan yang di tengah pun ternyata
Sama belaka dengan akhir dan mula.
Kau sumber sukacita pujangga sejati,
Darimu ombak tak henti-henti.
Kaulah mulut yang siap bercium,
Dendang di dada merdu mengalir,
Tenggorok tergiur tuk meminum,
Jiwa meluap luhur membanjir.
Biar dunia runtuh lintang pukang,
Wahai Hafiz, hanya dengan kau seorang
Ingin aku bertanding! Nikmat dan siksa
Bagi sang kembar, kita berdua!
Bercinta bagai kau, minum bagai kau
Menjadi hidupku menjadi marwahku.
Dengan api sendiri, kini berdendanglah, lagu!
Sebab kau lebih tua, sebab kau lebih baru.
Bahwa kau tak bisa usai, kau gemilang,
Bahwa kau tak juga mulai, itu nasibmu.
Lagumu berulang bagai kubah gemintang,
Awal dan akhir senantiasa sama,
Dan yang di tengah pun ternyata
Sama belaka dengan akhir dan mula.
Kau sumber sukacita pujangga sejati,
Darimu ombak tak henti-henti.
Kaulah mulut yang siap bercium,
Dendang di dada merdu mengalir,
Tenggorok tergiur tuk meminum,
Jiwa meluap luhur membanjir.
Biar dunia runtuh lintang pukang,
Wahai Hafiz, hanya dengan kau seorang
Ingin aku bertanding! Nikmat dan siksa
Bagi sang kembar, kita berdua!
Bercinta bagai kau, minum bagai kau
Menjadi hidupku menjadi marwahku.
Dengan api sendiri, kini berdendanglah, lagu!
Sebab kau lebih tua, sebab kau lebih baru.
Penerjemah: Agus R Sarjono dan
Berthold Damshauser
Goethe
dilahirkan di Frankfurt pada 28 Agustus 1749. Anak tertua dari pasanagan Johann
Kaspar Goethe dan Katharina Elisabeth Textor Goethe. Ayah Goethe, asal
Thuringian, belajar Hukum di the University of Leipzig. Meskipun ia tak
berkarir sesuai ilmunya, namun pada 1742 ia dapat mencapai posisi sebagai
kaiserlicher Rat (semacam penasehat pemerintah), yang pada 1748 menikahi putri
saudagar Frankfurt. Dari semua anaknya yang lahir, orang tua Goethe hanya
mendapati Johann dan saudara perempuannya Cornelia saja yang hidup sampai
dewasa. Saudara perempuannya Goethe dinikahi oleh sahabat karib Goethe, J. G.
Schlosser pada 1773. Tampaknya, bakat kreativitas dan kepekaan imajinasi Goethe
diwarisi dari ibunya, sedangkan pembawaannya yang tenang dan teguh diwarisi
dari ayahnya. Multi talenta yang dimiliki Johann Wolfgang von Goethe
menunjukkan kebesaran pemikiran dan kepribadiannya. Napoleon terkesan terhadap
Goethe, setelah pertemuan mereka di Erfurt ketika ia berujar: "Voila un
homme!" (Ini dia anak muda!)—karena terkesan atas kejeniusan Goethe.
Goethe tidak hanya bisa disejajarkan dengan Homer, Dante Alighieri, ataupun
William Shakespeare atas kreativitasnya, tapi juga segala hal mengenai hidupnya
--panjang umur, kaya-raya, serta kepribadiannya yang tenang dan optimistis—
aura kebesarannya mungkin melebihi karyanya, Faust, sebuah karya kebanggaan
Jerman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar