Jabal
Rahmah
jika suatu waktu tiba, apa harus
kubawa, sejubah luka cinta
dikias motif noda
jambak melati
wangian hamis
serelung hati--dimamah
remuk baitbait dipukul kecewa(?)
di antara saksi bisu, diamdiam pun masih
meriwayatkan bibit pertemuan pilu;
Adam Hawa, perawalan kisah
cinta paling sakral
apa harus kumohon saat Arafah
merengkuh raih, berjemaah
berpasang kekasih
aku sendirian
menatap dedahan qurma
kering seperti rindu dalam diriku
: jauh nian engkau daripada sentuhan(?)
dakian perempuan ini hanya simbol, engkau
tidak tahu, kesukaran kumenggapai
setiap tangis pengorbanan,
kau nafikan
-di jiwamu yang keras, segala
menjelma dengung dongeng belaka
dalam renungan tikam paling kosong,
kutadah tangan--pintaku dalam
"duhai kekasih, di sini
di Jabal Rahmah
temuilah perempuanmu ini
ajarkan menulis di atas batu-batu
hingga aku menemu arti, mencintaimu"
141013
Mencari
Hamzah
tasawufkan bidukku
di tamsil meraga duniawi
pada arus zahirbatin berdesir
kulayarkan panji cahaya imani
seperti angin melayar arah
biduk nurani mengikut hembus
bersyariatkan nafas la illa ha ilallah
karami aku, dalam lautan haqiqi
berkandilkan selawat menyuluh nur
bawaku pulang ke alamat tuhan
lenyap gelap hadir cahaya kekasih
100213
Menuak
Kopi Rumi
secangkir sepi mabuk pada tuak pahitnya
kafein kelat rasa menghujam diksi mistik
aroma pekat: di titik pertemuan hitamputih.
mataku seketika melihat belukar sahara
membakar-beku-mengikut putaran takdir
pepasir rindu menghitung saatsaat dicicir
lupa akan waktu semakin pendek tika
pagi
berkelana fana mencari haqiqi masa.
kiblat masih juga sama, tak berubah wajah
walau sekeliling dihiasi pesona
kemewahan
duniawi--komersialkan kudus syurganeraka
ya, hanya tuak kopi sepi sebab anggur merah
tak lagi kuat bawa ajakan pasik menggila
khayal
kekasih sudah lama tinggalkan mabuk rindu,
menjejak bekas pulang--cerlang sepercik nur.
malam pun turut tergoda dalam masyik-asyik
tarian cinta. tanpa keriuhan genderang
muzik
cukup dengan getaran Hu ALLAH Hu ALLAH Hu!
mata tertutup. dada mendegup dzikir. teriak
rumi
antara selaan sepoi bahasa angin: kucari di
kuilkuil,
gereja, pura, juga masjid. namun kutemui
Tuhan
dalam hatiku! dan rumi terkubur ditelan wahyu
sufi
-bagai awan beriring tenang mengikut
hembusan
begitu juga perginya seorang pemuja pada
kekasih.
170313
Merumikan
Rindu
masih ada lagikah purnama
meraung-laungan kata
tika cahaya terus mengangkuh
di kerudung siang memercik api
panasnya menyelimut
seperti kain dengan kapas
ada benang menarik sulaman
indah rumi di nurani raga
kaligrafi mendinding asa
tunas kasih di pucuk rasa
kias damba merias dada
sampai akhir nafas melafas
cinta berpulang pada yang satu
090213
Ombak
Fansuri
ada cahaya kaulemparkan---di birumu
mensyairkan perahu fansuri yang berlayar
mencari-tercari seruan rindu-
difatwakan padanya
tanpa riak-teriakan amuk amarah
salam sejahtera kaukidungkan
belahan ombak menggulung
mengumpul damai
di pepasir pantai waktu---kau
menghitung pasang surut tanpa lelah
hanya pasrah asyik meronce
buihbuih tasbih
di rubsyah getir memetir rindu
kauwahyukan hembus cinta di raut
wajahwajah menagih sisa-sisa nafas damai
tanpa menghirau isakan sesal di bait ombakmu
081212
Belum sempat komen, sorry kamerat...
BalasHapus