Label

Rabu, 08 Juli 2015

Sajak Prosa





Puisi Sulaiman Djaya

Kau bertanya bagaimana kata jadi sajak?
Puisi tak pernah meminta dirinya
untuk ditulis, sebelum kau menerima dunia
sebagai tempat bermain.

Seperti ketika aku duduk
dan memikirkannya sebagai anak-anak.
Seperti ketika seorang lelaki ingin tidur
di hamparan dadamu.

Dan mungkin kau pernah membacanya
dalam sejilid buku cerita,
ada banyak mereka yang menangis
tapi tak punya cukup airmata.

Tentu berbeda ketika kau
menonton sebuah sinema yang paling kau suka
di mana kaubayangkan dirimu
sebagai salah-seorang tokohnya.

Mungkin seperti selembar foto yang kau lupakan
lalu teringat kembali ketika membuka
album lama. “Sudahkah kau
makan malam, sayang?”

dan kau tak perlu menulis surat cinta
sekedar untuk bilang rindu atau kata-kata
I love you. Sebab kau telah mengatakannya
lewat status fesbukmu. Dan kemarin,

kalau tak salah di hari Sabtu,
kau bilang sedang flu setelah gerimis
sehari yang lalu. Saat itu aku berusaha,
tentu saja dengan cermat,

memahami jalinan sintaksis status-status
fesbukmu, yang menurutku lebih mirip
serial puisi-puisi haiku dan fiksi bersambung
yang tak pernah rampung.

“Apa yang sedang kaupikirkan, sayang?”
sungguh aku rindu kamu
meski tak kunyatakan
lewat status-status fesbuk-ku.

(2014) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar