Setelah
meningggalnya al Muntashir, Mu'tamid Al Abbâsî tidak tahan lagi melihat Imam Al
Hâdî al Naqi as. Hal itu lantaran Imam Al-Hâdî memiliki kedudukan yang agung
nan tinggi di tengah-tengah masyarakat Islam. Mu'tamid marah besar ketika
keutamaan-keutamaannya tersebar luas, dan seluruh majelis dan
pertemuan-pertemuan sosial kemasyarakatan selalu membicarakan kehebatan
ilmiahnya dan penguasaannya yang luar biasa terhadap masalah-masalah agama. Mu'tamid
pun meracuni Imam Al-Hâdî as dengan racun pembunuh. Ketika Imam Al-Hâdî as
meminum racun tersebut, sekujur tubuhnya teracuni dan ia tidak bisa beranjak
dari tempat tidur. Para tokoh dan pemuka Syi'ah senantiasa menjenguknya silih
berganti. Di antara para penjenguk tersebut adalah Abu Hâsyim Al Ja'farî. Ketika
ia melihatnya berperang melawan rasa sakit racun tersebut, tangisannya pun tak
tertahan lagi.
Ia
melantunkan beberapa bait syair berikut ini:
“Dunia menggoncang hatiku yang sedih dan pedih
dan
rentetan musibah mengganyang
sekujur
tubuhku. Ketika kudengar
berita
Sang Imam pucat pasi terbentang sakit,
aku
menjerit: "Kujadikan tebusannya jiwaku."
Agama pun sakit lantaran kau sakit,
dan
bintang gumintang pun turut sakit
bersimpuh
di hadapanmu.
Heran,
apabila engkau mati lantaran sakit
dan
penyakit, padahal engkaulah imam
dan
musuh penyakit.
Engkaulah
obat termujarab untuk agama
dan
dunia, serta penghidup orang mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar