Mario
F Lawi (Nusa Tenggara Timur)
Bui
Ihi*
/1/
Usai cacah jiwa yang melelahkan,
lekaslah bersila mengelilingi potongan sirih dan
pinang muda. Musim panen yang
meresahkan semoga menjadi silih bagi segala dosa
dan buruk sangka. Tujuh pasang ayam
jantan akan dilepaskan. Jiwa-jiwa yang
terlepas tak perlu gerah
mengabadikan lirih dan sengsara. Syahdan, darah ayam yang
tumpah akan mengusir resah setelah
Dewa Kesuburan gagal menyembunyikan
amarah. Doa musim tanam berikut
meloloskan kita dari sakit dan tulah. Ingatlah,
Sayang, di kota , Si Sulung sedang
belajar membetulkan letak nasib kita dalam sekolah.
Kita akan berpindah dari ladang ke
ladang selam batang lontar masih terlalu licin dan
lumut-lumut di atas batu pijak belum
dibersihkan. Pagi belum usai mengusap mata dan
meregangkan badannya. Lekaskan
pekerjaan ladang ini, agar sebelum petang
memanjangkan bayang-bayang, isi ha’ba yang tak akan lagi sempat
mengepulkan asap
dapur dapat kuganti dengan arakan
bebunga dan dedaun d atas benang-benang
panjangmu. “Ana appu ya de tape wede pa loko pa da’I ta mahhe rim one b’aga,”**
masihkah kau ingat bagaimana sorot
mata kakekmu mengucapkannya? Tak ada nyala
yang akan sanggup menandingi
pijarnya. Tapi ke dada tipisku kaurebahkan segenap
pilihan atas kelanjutanmu.
/2/
Sorgum adalah jodoh bagi
potongan-potongan daging babi dalam kulimu.
Jodoh yang akan kaupertahankan
daripada kisah iblis yang diusir Kristus
ke dalam sekawanan babi. Ka’bahuru
tak akan cukup memberi penjelasan
terhadap lemak yang menempel di
langit-langitmu bagaikan sisa dosa
peninggalan iblis. “Cukuplah
kubaptis dengan segelas hangat air putih.”
Tanpa ritual dan tanda salib. Segala
yang terkunci akan terbuka, lebih lebar
dari pintu Zakharia ketika kalam di
hadapannya memberi salam. Hari ini kita
akan mengenang lagi Daba yang memberi harapan. Karena hati
yang telah
kita matangkan akan digunakan untuk
mencairkan dendam, meleburkan segala
derita ke dalam tetugalan di ladang.
Ke dalam mulut para Mone Ama yang
menyiramkan rahmat dari balik merah
sirih-pinang yang rebah di atas batu.
(Naimata , 2012)
Keterangan: *Ritual ‘pendinginan’
hasil panen, hewan bahkan manusia yang dianggap masih panas pada bulan-bulan
sebelumnya. Diadakan sebulan setelah bulan Daba. Bui Ihi disebut juga Banga
Liwu, diambil dari nama tokoh mistik yang dipercaya sebagai Dewa Kesuburan. **Salah satu jenis permohonan dalam
salah satu bagian Daba—Ritus insani kaum Jingitiu suku Nappu Pudi, Desa
Pedarro, Kecamatan Hawu-Mehara, Kabupaten Sabu-Raijua, NTT—dalam bahasa Hawu.
Terjemahannya kira-kira: Anak cucuku ini disanjung dalam cinta dan jodoh,
semoga ia mendapat jodoh seorang lelaki kaya akan sawah dan lumbung.
Sandi
Huizche (Jawa Barat)
Keluarga
Pohon
Bait-bait gembiramu;
Kebahagian bapak yang menjalar di
bawah
Lapisan permukaan, menerima suratan
Dari gumpalan awan
Ema di pucuk daun, melantunkan hawa,
menebar
Butiran-butiran kecil, mengisi udara
hampa
Batang memanjang ditangan kakak,
menggenggam
Pesona rasa. Mengalirkan makan ke
serat-serat ranting
Ke buah dan bunga
Aku menetes. Merembes ke sumur-sumur
Ke dalam kendi, ke dalam cawan, ke
dalam lambung
Ke tinta yang berwarna
Milikmu gema yang sederhana
Keluarga pohon, meneduni rumah
kata-kata
2013
Ahmad
Faisal Imron (Jawa Barat)
Jim
/1/
kusebut saja jim, ya haliim
yang lebih empuk ketimbang khuldimu
/2/
aku mendengar bahwa di langit ke-7
tahlil bumi dan roh dari misteri
semua ini;
jasad waktu ataupun angka-angka
akal semesta ataupun seekor ular
yang dalam perjanjiannya
selalu atas nama delapan eden
semua telah diberi nama, katanya
/3/
ya, semua nama adalah ular api
namun di dalam sini, ada desis-desis
lain
Ya
haliim, tak seharusnya kukatakan itu
kusebut saja jim dan yang tak
berbentuk
melainkan bentuk aku
2009
Mezra
E. Pellondou (Nusa Tenggara Timur)
Fatumetan
Hmm ma
hmmm mu
hmmm mi
hmmm me
hmmm mo
hmm hmm hmm hmm hmm hmm
Burung nus
finikliup merobek langit malam
pada gugusan
bukit-bukit batu yang menghitam
sejak purba
batu-batu di sana telah hitam
bukan karena malam
bukan karena matahari
hm fatu,te,to,fa,fi,fu,,fatu
hmm fatu ma,mi,mu,mo,metan
batu-batu yang merimbun lebat
gantikan pohon dan air
orang-orang merangkak dari batu
mencari batu untuk hidupnya
di balik batu ada sepasang mata
sang khalik yang memberi keindahan
pada bunga bunga tropis dan belalang
hutan
sehingga tidak jadi hama
hmm hmm hmm hmm hmm hmm
hmm hmm hmm hmm hmm hmm
Fatumetan, 21 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar