Duh,
perawan Ma’ad itu berasal
dari
nenek moyang terbaik
garis
ibu maupun bapak.
Dikawal
para prajurit
seperkasa
singa
yang
menerjang musuh
di
atas kuda-kuda anggun
berambut
cepak
bersenjatakan
pedang
berlapis
baja menyilaukan
dan
tombak-tombak panjang.
Si
perawan datang
saat
kawan-kawanku terlelap
diiringi
dayang-dayang wanitanya
dari
Sa’ad.
Mereka
arungi puncak-puncak bukit
dan
lembah-lembah
demi
mengunjungi
seorang
lelaki dermawan
dan
perkasa.
Mereka
titi malam dari ceria
kelemah-lembutan
dan
aku sungguh bahagia
Hindun
ada di sisiku.
Kucium
dia
yang
berbuasana aroma semerbak
dan
bibirku merangkai
bunga
mawar pipinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar