Setiap tanggal 25
Farvardin dalam kalender nasional Iran diperingati sebagai hari untuk mengenang
Attar Neishabouri. Farid ud-Din Abu Mohammad bin Abu Bakar Ibrahim bin Ishaq
Attar Kadkani Neishabouri adalah penyair dan ahli irfan Iran abad ke-6 dan awal
abad ke-7. Dia lahir tahun 537 Hijriyah di desa Kadkan, Neishabour. Penetapan
Hari Attar Neishabouri untuk menghormati kedudukannya yang tinggi dan penting
dalam literatur syair Persia dan pemikiran-pemikiran irfaninya dalam membentuk
irfan Islam Iran.
Attar termasuk salah satu
dari tiga sastrawan Persia yang paling terkenal dan bukunya, Mantiq al-Thair (The
Speech of the Birds) merupakan salah satu karya sastra terpenting dalam
kumpulan sastra dunia. Dia meninggalkan banyak karya dan yang paling terkenal
adalah Mantiq al-Thair dan Tadzkirah al-Auliya. Buku Tadzkiran al-Auliya
ditulis dengan bahasa yang sederhana, tapi disertai kefasihan bahasa Persia.
Karya-karya syair Attar Neishabouri menjadi sumber penting dalam penyusunan
Matsnawi Maulawi (Jalaluddin Rumi). Attar meninggal dunia pada tanggal 10
Jumadil Tsani tahun 618 hijriah dalam serangan pasukan Mongol ke wilayah Iran.
Irfan Islami sebagai salah
satu disiplin pemikiran Islam selalu menebarkan pengaruhnya terhadap sastra dan
budaya Barat. Pada Abad Pertengahan dan pasca Renaissance, dunia Barat mengenal
irfan Islami melalui sastra Persia. Sekarang para pemikir dunia – dengan
bantuan studi sastra komparatif yang merupakan salah satu dari cabang sastra
kritis – mampu mengidentifikasi karya sastra berbagai suku bangsa dan tingkat
pengaruh mereka terhadap satu sama lain. Sastra komparatif mengkaji besarnya
pengaruh dan refleksi sastra dan budaya sebuah bangsa terhadap sastra
bangsa-bangsa lain. Refleksi itu diketahui dari pengaruh para penyair dan
penulis sebuah negara terhadap negara-negara lain. Seperti pengaruh Hafiz atas
Goethe dan pengaruh Attar atas Victor Hugo.
Pengenalan dunia Barat
dengan sastra Persia kembali pada era Perang Salib, akan tetapi menurut para
peneliti sastra, revolusi penerjemahan dan pengenalan dengan sastra Timur
terjadi pada abad ke-18 Masehi. Pada abad ke-18-19, kebanyakan dari karya
sastra besar Persia – terutama karya-karya penyair besar seperti, Saadi, Hafiz,
Khayyam, Attar, Nezami, Ferdowsi, Nasir Khosrow, Baba Tahir dan yang lain-lain
– mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, khususnya bahasa Perancis,
Inggris, dan Jerman. Penerbitan karya-karya tersebut telah membuat bangsa Eropa
mengenal sastra Persia yang megah dan telah menyedot perhatian bangsa Eropa
terhadap Iran dan sastra Persia.
Menurut pakar ketimuran,
legenda dan syair-syair serta kisah-kisah Iran masuk ke tradisi sastra Eropa
pada abad pertengahan melalui Spanyol kemudian menjadi bagian dari tradisi
sastra Eropa. Setelah itu, muncul kecenderungan tertentu di antara masyarakat
Barat kepada wilayah Timur yang penuh dengan rahasia dan menakjubkan. Hal itu
tercermin dari cerita-cerita dan dongeng di abad pertengahan Eropa.
Dapat dikatakan bahwa
tidak ada negara lain yang mampu menyihir bangsa Eropa selama beberapa abad
seperti yang dilakukan oleh Iran. Dibawah pengaruh pemikiran dan sastra Persia,
lahir karya-karya di Inggris, Jerman, dan Perancis yang kemudian menjadi peninggalan
sastra besar dunia, seperti, West-Eastern Divan karya Goethe, Persian Letters
oleh Montesquieu, Artamene ou le Grand Cyrus oleh Madeleine de Scudery, dan
Sohrab and Rustum oleh Atthew Arnold, dan lain-lain. Jelas bahwa syair, sastra,
dan irfan Iran telah memperkaya dunia sastra Eropa.
Pengaruh sastra Persia dan
karya-karya penyair besar Iran telah manjadi bagian inti dari pengaruh Timur
terhadap dunia sastra Eropa di Barat. Sebab, beberapa penyair dan penulis Eropa
telah menyaksikan kemegahan menara dan kubah-kubah serta keindahan dongeng dan
cerita dalam karya-karya sastra Persia tanpa mereka harus melakukan perjalanan
ke Iran. Mereka juga memproduksi banyak karya baru dengan mengambil inspirasi
dari karya-karya sastra Persia. Dalam bidang itu, Hafiz, Maulawi, Saadi, Attar,
dan Sanai, termasuk di antara para ilmuwan dan tokoh Iran yang paling
berpengaruh di benua Eropa. Karya legendaris Simorgh Attar bahkan telah
melampaui dunia Timur dan meneruskan turnya ke dunia Barat.
Buku The Divine Comedy
karya Dante dan Sair-ul' Ibad Il'al Ma'ad karangan Sanai, merupakan dua contoh
penting perjalanan spiritual yang menyelami kedalaman jiwa dan dunia setelah
kematian. Novel The Divine Comedy adalah sebuah puisi epik yang ditulis oleh
Dante Alighieri. Buku ini secara luas dianggap sebagai karya unggulan sastra
Italia, dan dipandang sebagai salah satu karya terbesar di sastra dunia. Visi
imajinatif dan alegoris The Divine Comedy tentang akhirat adalah puncak dari
pandangan dunia abad pertengahan seperti yang berkembang di Gereja Barat. Di
permulaan, The Divine Comedy menggambarkan perjalanan Dante melalui neraka
(Inferno), api penyucian (Purgatory), dan surga (Paradiso), tetapi pada tingkat
yang lebih dalam, itu merupakan kiasan perjalanan jiwa menuju Tuhan.
Buku Divine Comedy
menggambarkan perjalanan di alam akhirat. Dante sendiri tampak percaya betul
adanya kehidupan sesudah mati, yang keadaannya ditentukan oleh kehidupan
sekarang ini. Inferno, yang disusun oleh Dante pada awal 1300-an secara literal
mengubah persepsi Abad Pertengahan tentang hukuman akhirat. Dante melukiskan
neraka sangat dekat dengan "realitas" yang sesungguhnya, karena
berasal dari substansi yang sama dengan jiwa manusia yang penuh nafsu. Menurut
seorang orientalis Inggris, Reynold Nicholson, Dante terinspirasi oleh Sanai
dan kandungan buku Divine Comedy semakin memperkuat dugaan tersebut.
Beberapa gambaran simbolis
Divine Comedy dapat ditemukan dalam karya Mantiq al-Thair Attar. Sastrawan
Argentina, Jorge Luis Borges percaya bahwa gambaran simbolis tentang burung
elang dalam Divine Comedy mengingatkan kita pada Simorgh dalam karya Attar.
Pada dasarnya, terjemahan
karya-karya sastra Persia seperti, Divan Hafiz, Shahnameh Ferdowsi, Gulistan
Saadi, dan Rubaiyyat Khayyam di negara-negara Eropa telah memperkaya sastra di
dunia Barat. Saint-Beuve setelah menyaksikan Shahnameh, mengatakan, "Jika
kita menyadari bahwa karya-karya besar seperti Shahnameh ada di dunia, kita
tidak akan menjadi begitu bangga dengan karya kita sendiri dengan cara yang
konyol."
Setelah mengenal Hafiz,
Goethe malah ingin menjadi salah satu muridnya. Dia berkata, "Wahai Hafiz,
kata-kata Anda sama besar seperti keabadian yang tidak memiliki awal dan akhir.
Kata-kata Anda seperti kanopi surga, semata-mata tergantung pada dirinya
sendiri. Itu semua adalah petunjuk, keindahan, dan keunggulan." Sementara
itu, Ernest Renan menulis, "Saadi tidak asing di antara kita. Dia pada
kenyataannya adalah salah satu dari kami." Barbier de Minaro, penerjemah
Bustan Saadi, menulis dalam kata pengantar untuk terjemahannya bahwa,
"Saadi adalah kombinasi dari kelezatan Horace, senyum manis Rabelais dan
kesederhanaan La Fontaine. Tanpa berlebihan, penyair Iran telah memberikan
kontribusi terhadap kekayaan tersebut. Sama seperti sastra Yunani dan Romawi,
puisi-puisi Persia juga telah memberikan manfaat bagi literatur Eropa."
Rene Grousset, seorang
orientalis Perancis menulis, "Saya harus katakan bahwa Iran memiliki hak
besar di pundak manusia. Sebab secara historis, Iran dengan budayanya yang kuat
dan kelembutan Islam telah menciptakan alat pemahaman, kesepakatan, dan
koordinasi di antara bangsa-bangsa selama berabad-abad. Mereka telah menemukan
filsafat, pemikiran, dan cita-cita tunggal." Dia menandaskan,
"Ekspresi perasaan yang diungkapkan oleh para penyair Iran memiliki
pengaruh besar seakan-akan seorang Perancis seperti menjadi seorang India dan
seorang Turki seperti menjadi seorang Georgia. Harus dikatakan bahwa para Sufi
(Arif) Iran meskipun Muslim, tetapi mereka dapat mengguncang jantung seorang
Kristen dan seorang Brahman, dan mereka memiliki hubungan dengan
kemanusiaan."
Gagasan dan pemikiran
luhur yang menghiasi syair-syair para tokoh sastra Persia telah membuat takjub
para cendekiawan besar dunia dari Timur hingga Barat tentang sastra Persia.
Pertanyaan-pertanyaan filosofis Khayyam, ungkapan cinta spiritual Maulawi,
rasionalitas Ferdowsi dan hikmat Saadi memiliki banyak pemuja di dunia. (IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar