Tersesat di
Hutan
Tersesat
di hutan, kupatahkan reranting gelap dahan
yang
meruapkan bisikan-bisikan di bibirku yang dahaga.
Mungkin
itu suara tangisan hujan,
pecah
genta atau hati yang terajam kelam.
Sesuatu
yang terindera berasal dari langkah yang jauh
dalam
dan rahasia, tersembunyi di dalam bumi
seperti
teriakan yang teredam oleh gunungan musim gugur
oleh
lembab dan kibas setengah terbuka kegelapan dedaun
terbangun
dari mimpi hutan disana, kabut
bernyanyi
di bawah lidahku, menghanyut wewangian
meruyap
naik di alam bawah sadarku
Saat
telah kutinggalkan di belakang, tiba-tiba akar-akar
menangis
padaku, tanah yang telah hilang bersama masa kanak-kanakku
dan
aku berhenti, terluka oleh harum pengembaraan.
Sewaktu
Bersandar Pada Senja
Sewaktu
bersandar pada senja, kutebarkan jala dukaku
ke
lautan matamu.
Di
sana, kesepianku membesar dan membakar dalam marak api maha tinggi
tangannya
menggapai bagai orang lemas.
Kukirim
isyarat merah ke arah matamu yang hampa
yang
menampar lembut seperti laut di pantai rumah api.
Kau
jaga hanya kegelapan, perempuanku yang jauh
pantai
ketakutan kadang-kadang muncul dari renunganmu.
Sewaktu
bersandar pada senja, kucampakkan jala dukaku
ke
laut yang mengocak lautan matamu.
Burung-burung
malam mematuk pada bintang-bintang pertama
yang
mengerdip seperti kalbuku ketika menyintaimu.
Malam
menunggang kuda bayangan
sambil
menyelerakkan tangkai-tangkai gandum biru di padang-padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar