Dulu, di Persia ada seorang pahlawan besar.
Namanya Rustam. Ia adalah anak pungut dari seekor burung ajaib, bernama Simurg.
Ketika Rustam akan kembali ke masyarakat, burung itu memberinya sebuah bulu.
"Jika kau butuh pertolongan," kata Simurg. "Bakarlah bulu ini. Aku akan datang menolongmu."
Rustam punya seorang musuh. Namanya Bahman. Setiap kali bertemu dengan Rustam, ia selalu menantangnya untuk berkelahi. Suatu hari, ketika sedang berburu singa di gunung, Rustam bertemu dengan Bahman. Di sana, mereka berkelahi sepanjang hari. Barulah setelah malam, mereka berhenti, karena lemas kecapaian. Mereka jatuh bersebelahan di tanah. Masing-masing dari mereka tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.
Rustam bangun dan pergi meneruskan berburunya. Ia mendapatkan banyak singa. Kulit singa itu ia jadikan sebagai baju dan topi. Rustam mempunyai topi kulit singa yang ajaib. Jika topi itu ia pakai, maka ia dapat menghilang.
Sementara itu, Bahman kembali ke istana. Dalam perjalanan ke sana, ia dicemooh orang-orang. "Hai, Bahman, katanya kau dapat menangkap Rustam dengan tanganmu sendiri dan membawanya kepada Sang Raja. Dasar pembohong besar!"
Bahman sangat malu dikatakan sebagai pembohong besar. Wajahnya merah. "Aku akan membuktikan pada rakyat bahwa aku bisa mengalahkan Rustam dan memperoleh julukan pahlawan paling besar di negeri itu," katanya dalam hati. Lalu, Bahman membuat sebuah benteng besar di bukit yang dindingnya terbuat dari baja. Ia tempatkan para penjaga di atas dinding itu dan ia kelilingi benteng itu dengan parit yang lebar.
Setelah benteng itu jadi, Bahman mengundang Rustam untuk mengadakan pertandingan. Rustam datang dengan kudanya, Rasksh. "Selamat datang, Rustam. Masuklah ke bentengku. Kita akan bertarung di sini, untuk menentukan siapa yang pantas menjadi pahlawan paling besar di seluruh Persia ini," teriak Bahman, ketika Rustam sampai di pintu gerbang benteng itu.
Pintu gerbang itu dijaga oleh jin Kaypush dan Yarapush. Jadi untuk dapat masuk ke dalam benteng itu. Rustam harus dapat mengalahkan kedua jin itu dulu. Rustam dengan pentungan kayunya yang besar dapat mengalahkan Jin Yarapush, sementara kuda Rustam, Rasksh, dengan tendangannya yang dahsyat berhasil melukai kepala Jin Kaypush.
Setelah mengalahkan kedua jin itu, Rustam mengenakan topi kulit singanya, agar ia bisa menghilang. Lalu, ia masuk lapangan Benteng Baja tersebut bersama Rasksh di sebelahnya. Bahman bingung, karena ia tidak melihat Rustam, yang ada hanya kudanya.
"Jika kau butuh pertolongan," kata Simurg. "Bakarlah bulu ini. Aku akan datang menolongmu."
Rustam punya seorang musuh. Namanya Bahman. Setiap kali bertemu dengan Rustam, ia selalu menantangnya untuk berkelahi. Suatu hari, ketika sedang berburu singa di gunung, Rustam bertemu dengan Bahman. Di sana, mereka berkelahi sepanjang hari. Barulah setelah malam, mereka berhenti, karena lemas kecapaian. Mereka jatuh bersebelahan di tanah. Masing-masing dari mereka tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.
Rustam bangun dan pergi meneruskan berburunya. Ia mendapatkan banyak singa. Kulit singa itu ia jadikan sebagai baju dan topi. Rustam mempunyai topi kulit singa yang ajaib. Jika topi itu ia pakai, maka ia dapat menghilang.
Sementara itu, Bahman kembali ke istana. Dalam perjalanan ke sana, ia dicemooh orang-orang. "Hai, Bahman, katanya kau dapat menangkap Rustam dengan tanganmu sendiri dan membawanya kepada Sang Raja. Dasar pembohong besar!"
Bahman sangat malu dikatakan sebagai pembohong besar. Wajahnya merah. "Aku akan membuktikan pada rakyat bahwa aku bisa mengalahkan Rustam dan memperoleh julukan pahlawan paling besar di negeri itu," katanya dalam hati. Lalu, Bahman membuat sebuah benteng besar di bukit yang dindingnya terbuat dari baja. Ia tempatkan para penjaga di atas dinding itu dan ia kelilingi benteng itu dengan parit yang lebar.
Setelah benteng itu jadi, Bahman mengundang Rustam untuk mengadakan pertandingan. Rustam datang dengan kudanya, Rasksh. "Selamat datang, Rustam. Masuklah ke bentengku. Kita akan bertarung di sini, untuk menentukan siapa yang pantas menjadi pahlawan paling besar di seluruh Persia ini," teriak Bahman, ketika Rustam sampai di pintu gerbang benteng itu.
Pintu gerbang itu dijaga oleh jin Kaypush dan Yarapush. Jadi untuk dapat masuk ke dalam benteng itu. Rustam harus dapat mengalahkan kedua jin itu dulu. Rustam dengan pentungan kayunya yang besar dapat mengalahkan Jin Yarapush, sementara kuda Rustam, Rasksh, dengan tendangannya yang dahsyat berhasil melukai kepala Jin Kaypush.
Setelah mengalahkan kedua jin itu, Rustam mengenakan topi kulit singanya, agar ia bisa menghilang. Lalu, ia masuk lapangan Benteng Baja tersebut bersama Rasksh di sebelahnya. Bahman bingung, karena ia tidak melihat Rustam, yang ada hanya kudanya.
"Cepat cari Rustam di
semua sudut benteng. Akan kuberi hadiah siapa saja yang pertama
melihatnya," teriak Bahman.
Mendengar perintah Bahman, para penjaga benteng dan jin berlarian ke sana kemari, mencari Rustam di setiap kamar, tetapi tidak ditemukan. Padahal, ketika itu Rustam sedang mengadakan penyelidikan di benteng itu. Ia melihat ada empat kamar berpintu baja di benteng itu. Kamar pertama berisi emas dan permata. Kamar kedua berisi tong-tong bubuk mesiu. Kamar ketiga berisi lembing dan tombak. Kamar keempat tertutup. Dari lubang kunci pintunya dapat dilihat bahwa di dalam kamar itu terdapat seorang gadis yang rambutnya diikat ke sebuah gantungan di langit-langit, lalu Rustam meletakkan tongkatnya dan merusak pintu itu. Sebelum melepaskan tawanan itu. Rustam membuka topinya, agar dapat terlihat kembali .
"Maaf, Nona. Apakah kau seorang puteri raja?" tanya Rustam pada gadis yang mengenakan baju kebangsawanan dan perhiasan dari emas permata.
"Ya," kata gadis itu. " Namaku Mah-Naz. Aku tidak tahu mengapa aku bisa diikat dengan rambutku sendiri di benteng yang menyeramkan ini. Terima kasih atas bantuanmu."
"Ikutlah denganku, aku akan membawamu pergi" ajak Rustam. "Tapi. sebelum itu aku harus mengalahkan musuhku dulu, karena ia mengundangku ke tempat ini untuk bertarung."
"Tuan, Aku mohon padamu untuk membawaku ke istana ayahku di Turkestan, tapi jangan sampai ketahuan oleh Bahman," pinta gadis itu.
"Pakailah topi kulit singa ini dikepalamu," suruh Rustam pada gadis itu." Berjalanlah di belakangku, karena aku akan bertarung dengan Bahman dulu. Jika sesuatu terjadi padaku, bakarlah bulu ini, maka pelindungku, Simurg, akan datang. Mintalah kepadanya agar kau diantarkan ke istana ayahmu. Kau akan tiba disana dengan segera setelah kau minta padanya"
"Tidak, tidak, aku tidak mau meninggalkanmu, aku akan tetap bersamamu di sini," kata Mah Naz, lalu ia memakai topi dan memegang bulu itu. Ia berjalan di belakang Rustam menuju ke tengah lapangan benteng itu.
Belum sempat Rustam bertarung dengan Bahman, ia sudah diserang oleh para penjaga benteng itu. Jin Efrit, Kaypush dan Yarapush menyergapnya dan membawanya ke tengah lapangan. Di sana, Bahman sedang duduk di singgasana keramik hitamnya didampingi dengan dua belas jin lainnya.
"Hai, Rustam, Pahlawan Besar Persia," teriak Bahman. "Akhirnya kau terima juga tantangan dariku. Lepaskan dia, Jin Efrit! Berikan dia pentungan yang besar. Kita akan lihat sekuat apa lawan kita ini."
Akhirnya, Bahman dan Rustam bertarung di tengah-tengah para penjaga benteng dan jin yang memberi dukungan kepada Bahman. Sementara, pendukung Rustam tidak ada, kecuali Mah-Naz yang tidak kelihatan. Dalam pertarungan itu, Rustam mengalami kekalahan. Ia jatuh di tanah dan tak dapat berdiri lagi. Mah-Naz menangis ketakutan. Ia pikir Rustam telah mati. Maka, dibakarlah bulu yang diberikan kepadanya. Dalam waktu sekejab, terdengarlah suara kepakan sayap yang keras dari seekor burung raksasa. Kepakan itu membuat suasana di benteng itu menjadi gelap gulita, dan para penjaga benteng berjatuhan.
"Siapa yang berani menyerang Rustam, yang berada di bawah lindunganku," kata Simurg dengan suara yang dahsyat sambil mengusapkan sayapnya ke badan Rustam dan Rustam pun kembali sehat seperti semula.
Sementara itu, Bahman berusaha untuk melarikan diri, tapi terlambat, karena Simurg telah membacakan manteranya.
Mendengar perintah Bahman, para penjaga benteng dan jin berlarian ke sana kemari, mencari Rustam di setiap kamar, tetapi tidak ditemukan. Padahal, ketika itu Rustam sedang mengadakan penyelidikan di benteng itu. Ia melihat ada empat kamar berpintu baja di benteng itu. Kamar pertama berisi emas dan permata. Kamar kedua berisi tong-tong bubuk mesiu. Kamar ketiga berisi lembing dan tombak. Kamar keempat tertutup. Dari lubang kunci pintunya dapat dilihat bahwa di dalam kamar itu terdapat seorang gadis yang rambutnya diikat ke sebuah gantungan di langit-langit, lalu Rustam meletakkan tongkatnya dan merusak pintu itu. Sebelum melepaskan tawanan itu. Rustam membuka topinya, agar dapat terlihat kembali .
"Maaf, Nona. Apakah kau seorang puteri raja?" tanya Rustam pada gadis yang mengenakan baju kebangsawanan dan perhiasan dari emas permata.
"Ya," kata gadis itu. " Namaku Mah-Naz. Aku tidak tahu mengapa aku bisa diikat dengan rambutku sendiri di benteng yang menyeramkan ini. Terima kasih atas bantuanmu."
"Ikutlah denganku, aku akan membawamu pergi" ajak Rustam. "Tapi. sebelum itu aku harus mengalahkan musuhku dulu, karena ia mengundangku ke tempat ini untuk bertarung."
"Tuan, Aku mohon padamu untuk membawaku ke istana ayahku di Turkestan, tapi jangan sampai ketahuan oleh Bahman," pinta gadis itu.
"Pakailah topi kulit singa ini dikepalamu," suruh Rustam pada gadis itu." Berjalanlah di belakangku, karena aku akan bertarung dengan Bahman dulu. Jika sesuatu terjadi padaku, bakarlah bulu ini, maka pelindungku, Simurg, akan datang. Mintalah kepadanya agar kau diantarkan ke istana ayahmu. Kau akan tiba disana dengan segera setelah kau minta padanya"
"Tidak, tidak, aku tidak mau meninggalkanmu, aku akan tetap bersamamu di sini," kata Mah Naz, lalu ia memakai topi dan memegang bulu itu. Ia berjalan di belakang Rustam menuju ke tengah lapangan benteng itu.
Belum sempat Rustam bertarung dengan Bahman, ia sudah diserang oleh para penjaga benteng itu. Jin Efrit, Kaypush dan Yarapush menyergapnya dan membawanya ke tengah lapangan. Di sana, Bahman sedang duduk di singgasana keramik hitamnya didampingi dengan dua belas jin lainnya.
"Hai, Rustam, Pahlawan Besar Persia," teriak Bahman. "Akhirnya kau terima juga tantangan dariku. Lepaskan dia, Jin Efrit! Berikan dia pentungan yang besar. Kita akan lihat sekuat apa lawan kita ini."
Akhirnya, Bahman dan Rustam bertarung di tengah-tengah para penjaga benteng dan jin yang memberi dukungan kepada Bahman. Sementara, pendukung Rustam tidak ada, kecuali Mah-Naz yang tidak kelihatan. Dalam pertarungan itu, Rustam mengalami kekalahan. Ia jatuh di tanah dan tak dapat berdiri lagi. Mah-Naz menangis ketakutan. Ia pikir Rustam telah mati. Maka, dibakarlah bulu yang diberikan kepadanya. Dalam waktu sekejab, terdengarlah suara kepakan sayap yang keras dari seekor burung raksasa. Kepakan itu membuat suasana di benteng itu menjadi gelap gulita, dan para penjaga benteng berjatuhan.
"Siapa yang berani menyerang Rustam, yang berada di bawah lindunganku," kata Simurg dengan suara yang dahsyat sambil mengusapkan sayapnya ke badan Rustam dan Rustam pun kembali sehat seperti semula.
Sementara itu, Bahman berusaha untuk melarikan diri, tapi terlambat, karena Simurg telah membacakan manteranya.
"Jadilah kau batu,
Hai, Manusia jahat!" Dan, semua yang ada di benteng itu pun berubah
menjadi batu.
Belum sempat Rustam mengucapkan terima kasih pada Simurg, karena telah menyelamatkannya, burung itu sudah tidak ada. Namun, ia meninggalkan bulu lainnya di atas tanah. Bulu itu disimpan oleh Rustam.
Lalu, Rustam dan Mah-Naz keluar dari benteng itu menuju ke Turkestan. Ketika tiba di Turkestan, rakyat menerima mereka dengan gembira, karena sang puteri yang diculik oleh Bahman telah kembali. Sang Raja menjamu Rustam selama berminggu-minggu dan memberinya hadiah emas.
Sebenarnya, Mah-Naz ingin sekali Rustam menjadi suaminya. Tapi, ketika ia menyuruh pengasuhnya untuk mengatakan hal itu kepadanya. Rustam memakai topi kulit singanya dan menghilang dari pandangan, karena ia selalu mencurahkan hidupnya untuk bertarung dan memburu binatang buas.
(Sumber: Buku Kisah Anak-anak dari Asia Tengah "Anak Gadis Di Sarang Jin". Penulis: Males Sutiasumarga. Penerbit: Zikrul Hakim - Jakarta)
Belum sempat Rustam mengucapkan terima kasih pada Simurg, karena telah menyelamatkannya, burung itu sudah tidak ada. Namun, ia meninggalkan bulu lainnya di atas tanah. Bulu itu disimpan oleh Rustam.
Lalu, Rustam dan Mah-Naz keluar dari benteng itu menuju ke Turkestan. Ketika tiba di Turkestan, rakyat menerima mereka dengan gembira, karena sang puteri yang diculik oleh Bahman telah kembali. Sang Raja menjamu Rustam selama berminggu-minggu dan memberinya hadiah emas.
Sebenarnya, Mah-Naz ingin sekali Rustam menjadi suaminya. Tapi, ketika ia menyuruh pengasuhnya untuk mengatakan hal itu kepadanya. Rustam memakai topi kulit singanya dan menghilang dari pandangan, karena ia selalu mencurahkan hidupnya untuk bertarung dan memburu binatang buas.
(Sumber: Buku Kisah Anak-anak dari Asia Tengah "Anak Gadis Di Sarang Jin". Penulis: Males Sutiasumarga. Penerbit: Zikrul Hakim - Jakarta)