Ketika
kulihat telah lewat pada manusia
berbagai
mazhab yang mengarungi
lautan
kesesatan dan kejahilan,
dengan
nama Allah, maka kunaiki perahu
yang
dapat menyelamatkan.
Mereka
adalah ahlul bayt al Musthafa
penutup
para rasul, aku berpegang
teguh
kepada tali Allah,
kepada
kepemimpinan mereka
seperti
telah diperintahkan kepada kita
untuk
berpegang teguh kepada tali Allah.
Ketika
ummat terpecah menjadi tujuh puluh firqah
melebihi
apa yang dijelaskan dalil naqli
tidak
ada yang selamat dari kelompok-kelompok itu
kecuali
satu firqah.
Katakanlah
kepadaku
kelompok
yang menjadi harapan itu
apakah
keluarga Muhammad (ahlul bayt)
yang
akan hancur?
Atau
dalam kelompok yang berlepas diri
dari
mereka. Katakanlah kepadaku.
Jika
kamu berkata,
“Dalam
kelompok yang akan hancur,”
maka
kamu tidak berlaku adil
karena
pemimpin kaum berasal
dari
mereka.
Aku
rela dengan mereka,
keselamatanku
tidak akan hilang
di
bawah perlindungan mereka.
Aku
rela mengangkat Ali dan keturunannya
sebagai
Imam, dan kamu
berada
dalam kelompok yang akan celaka.
Terjemahan
bebas Safinah an Najah adalah Bahtera Penyelamat, yang merupakan kiasannya
Bahtera Nabi Nuh yang telah menyelamatkan ummat yang bersama Nabi Nuh dan tidak
menyelamatkan orang-orang yang menentang Nabi Nuh. Puisi ini dimaksudkan
sebagai ikrar dan bai’at Imam Syafi’i kepada imamah 12 Imam Islam atau 12 Imam
Ahlulbait. Penamaan Safinah an Najah ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad Saw
yang berbunyi: “Perumpamaan ahli bait-ku, seperti perahu Nabi Nuh As. Barang
siapa yang berada di atasnya ia akan selamat, dan yang meninggalkannya akan
tenggelam.” (H.R. Thabrani).
Hadits-hadits
lain yang meniscayakan kita untuk berbai’at kepada 12 Imam Islam ini antara
lain adalah: “Aku meninggalkan kalian yang
apabila kalian pegang teguh tidak akan tersesat. Kitab Allah, dan keturunanku.”
(H.R. Turmudzi). “Umatku yang pertama kali aku beri pertolongan (Syafa’at) kelak
di hari Kiamat, adalah yang mencintai Ahli bait-ku.” (H.R. al-Dailami). “Didiklah
anak-anak kalian atas tiga hal. Mencintai Nabi kalian. Mencintai Ahli bait-ku.
Membaca al-Qur’an. (Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu
Mardaweih, dan at-Thabrani dalam kitab tafsir-nya). Ketika turun ayat:
“Katakanlah wahai Muhammad, Aku tidak meminta balasan apapun dari kalian
kecuali mencintai kerabat.” Kemudian Ibnu Abbas ra bertanya pada Rasulullah:
Wahai Rasulullah, siapakah yang dimaksud dengan kerabat yang wajib kami cintai?
Rasulullah SAW menjawab: Ali, Fatimah, dan anak keturunannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar